Pengertian Cerita Inspirasi Nonfiksi Lengkap dengan Contoh Teksnya : Bahasa Indonesia Kelas IX

searchpengertian.com - Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan pengertian teks cerita inspirasi nonfiksi lengkap dengan contoh terbaru dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX revisi terbaru Kurikulum 2013. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu Bapak, Ibu Guru, dan peserta didik dalam mencari referensi seputar pengertian teks cerita inspirasi nonfiksi lengkap dengan contoh terbaru dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX revisi terbaru.

A. Pengertian Cerita Inspirasi Nonfiksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) teks cerita inspirasi yaitu tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya).

Cerita nonfiksi merupakan sebuah karangan atau tulisan yang bersifat informatif, penulisnya mempunyai tanggung jawab atas kebenaran dari peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disampaikannya.

Oleh karena itu, ketika sedang merangkai kerangka isi cerita non fiksi sangat dibutuhkan penelitian ketat berdasarkan informasi, data-data yang akurat dan kebenaran atau fakta suatu peristiwa atau permasalahan mengenai hal yang akan ditulis.

Menurut Geir Farner, pengertian non fiksi dari buku non fiksi merupakan klasifikasi untuk setiap karya informatif yang seringkali berisi mengenai cerita yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas kebenaran atau akurasi dari peristiwa, orang, dan atau informasi yang disajikan di dalam tulisan.

Teks cerita nonfiksi merupakan teks cerita yang menceritakan peristiwa nyata dengan tokoh dan latar yang sebenarnya. Faktanya, sulit membuktikan bahwa sebuah teks cerita inspirasi berasal dari kisah nyata atau tidak namun, kesulitan tersebut tidak berarti bahwa teks cerita inspirasi nonfiksi tidak ada. 

Untuk kalian bisa memahami lebih jauh seputar teks cerita inspirasi. Di bawah ini admin akan membagikan kumpulan beberapa contoh contoh teks cerita inspirasi yang diambil dari beberapa sumber. Adapun contoh-contoh teks cerita inspirasi tersebut adalah sebagai berikut.

B. Contoh Teks Cerita Inspirasi Nonfiksi

Tegak Di Tengah Hantaman Badai

Gambar: freepik.com

Orang-orang yang tegak di tengah hantaman badai, itulah potret kehidupan Affan Gaffar. Beliau adalah tipe orang desa nan udik yang sukses di kota perantauan. Menariknya, ia hijrah dari desa ke kota bukan dengan alasan bekerja, melainkan ingin belajar ataupun menuntut ilmu.

Affan Gaffar lahir di Bima, Nusa Tenggara Barat pada 21 Juni 1947 dari Ibu yang buta huruf dan ayah yang bekerja sebagai seorang pegawai pendidikan rendahan di kantor masyarakat setempat. Sewaktu kecil, saat ayahnya masih hidup, ia diarahkan untuk menjadi anak yang akrab dengan dunia keilmuan. Minat baca Affan muda mulai tumbuh. Ia seringkali membaca buku-buku milik ayahnya. Mulai dari buku cerita, buku ilmiah, hingga buku sastra dan budaya.

Saat itu, rasa cintanya terhadap dunia keilmuan mulai tumbuh yang merupakan aset berharga bagi setiap orang untuk maju. Setelah masuk usia sekolah, orang tuanya mengirimnya ke bangku sekolah dasar. Dulu sekolah rakyat tente II di daerahnya dijalani dengan suka cita. Menjelang separuh dari sekolahnya dari SR itu, ayahnya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarganya meninggal dunia.

Saat itu, Affan Gaffar baru berusia sepuluh tahun. Fakta itu menjadi pukulan telak bagi perekonomian keluarganya. Ibarat bahtera yang sedang berlayar tenang di lautan kehidupan, tiba-tiba dilanda topan dan badai besar yang menimbulkan guncangan dahsyat. Meskipun kekuatan perekonomian Affan Gaffar menurun, ia tetap melanjutkan sekolah.

Karena Affan Gaffar hidup di daerah miskin, ia harus berjuang lebih berat daripada anak-anak lainnya yang hidup di daerah yang lebih maju. Karena di desanya belum ada SMP, ia terpaksa harus sekolah di Bima-Raba. Selama tiga tahun sekolah di SMP Negeri Tente yang dijalaninya sejak tahun 1959 hingga 1960, ia harus menempuh jarak sejauh lima kilometer dari rumah menuju sekolahnya. Jika dihitung dengan perjalanan pulang, jaraknya menjadi sepuluh kilometer. Setiap hari, ia melakukan semua itu.

Jelaslah bahwa jarak tersebut  bukan jarak yang dekat,apalagi di tempuhnya dengan berjalan kaki. pastilah, hal tersebut sangat melelahkan. Namun, ia tetap tegar ditambah lagi ibunya yang selalu memberi motivasi dan sangat memedulikan pendidikannya.

Setelah lulus dari SMP, ibunya berniat menyekolahkannya ke SGA atau Sekolah Guru Atas, tetapi Affan Gaffar  tidak mau. Ia ingin sekolah di SMA. Ibunya langsung memarahinya dan memberikan ultimatum. Jika ingin sekolah di SMA, ia harus membiayai sekolahnya sendiri. Ia pun nekat. saat itulah, Affan Gaffar berangkat dari rumahnya hendak mencari tempat tinggal di dekat sekolahnya dan tidak lagi berjalan sejauh lima kilometer.

Setelah sempat pusing, mencari biaya dan tempat tinggal, ia akhirnya menumpang di rumah seseorang di Bima Raba dekat sekolah SMA-nya. Affan Gaffar sadar bahwa menempati rumah orang lain itu tidaklah gratis. makanya, selain belajar, ia juga membantu si empunya rumah, baik dengan cara mencuci baju, mengepel, menyapu, dan melakukan pekerjaan rumah lainnya.

Profesi itu dijalani oleh Affan sampai lulus SMA pada tahun 1966. Sampai di situ, ia telah membuktikan kepada orangtuanya bahwa ia mampu membiayai SMA-nya sendiri. Namun, Affan tidak mampu memenuhi cita-cita ayahnya sebab sewaktululus SMA nilai aljabarnya (Matematika) kecil sehingga ia tidak bisa meneruskan ke jurusan kedokteran.

Selain itu, ia juga sudah telanjur menyenangi pelajaran sastra dan budaya. Selepas SMA pada tahun 1966, ia dikirim ke Yogyakarta oleh ibunya untuk kuliah. Ia memilih masuk ke fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, UGM meskipun kondisi perekonomian memprihatinkan.

Affan sadar bahwa di tengah kondisi sulit tersebut, kesempatan untuk meneruskan kuliah merupakan kesempatan yang sangat langka. Jika tidak digunakan sebaik-baiknya cita-cita dan mimpinya sejak kecil untuk menjadi pejabat akan sirna. Oleh karena itu, ia berusaha sekuat tenaga, memutar otak, peras keringat, dan banting tulang demi melanjutkan kuliah dan eksis di yogyakarta.

Saat masuk UGM, Affan langsung bekerja sebagai penjaga malam di sebuah proyek bangunan. Hal tersebut ia lakoni hingga memperoleh gelar BA pada tahun 1970. dari pekerjaan itu, ia diberi upah seesar Rp50,00 per malam dan selama seminggu sebanyak Rp350,00. Karena penghasilannya kecil, Affan berusaha menghemat uangnya dengan selalu makan bersama buruh bangunan di lokasi proyek.

Setelah lulus dan mendapat gelar BA pada tahun 1970, Affan Gaffar diangkat menjadi asisten dosen oleh almamaternya. Kemudian, setelah lulus sarjana tahun 1973, ia resmi menjadi dosen tetap di Fisifol UGM. Pada masa kuliah di UGM, Affan berkenalan dengan Sudjiatmi Purwaningsih yang kemudian menjadi istrinya.

Ia mengenalnya sejak tahun 1972 di pagelaran alun-alun utara. Secara kebetulan di Fakultas hukum, tempat Sudjiatmi kuliah, berdampingan dengan Fisipol sehingga keakraban kian tercipta di antara dua insan tersebut. Mereka pun menikah dan di karuniai empat orang anak. Ia sangat membanggakan peran istrinya dalam perjalanan kariernya.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1976, Affan pun mendapat dua tawaran beasiswa S2. Salah satu beasiswa dari Konrad Adenauer Stichtung untuk studi ke Jerman. namun, tawaran itu tidak diambilnya karena ia berpikir akan mengalami kesulitan dalam bahasa Jerman. Tawaran beasiswa lainnya berasal dari The Rockefeller Foundation, Amerike Serikat. Ia memanfaatkan beasiswa ini dengan baik sehingga meraih gelar Master of Art Political Science, Northern Illinois University (1978).

Ketika awal semester, Affan sampai merasa Syokkarena harus belajar ekstra keras sebab ia tidak punya waktu untuk beradaptasi. Setibanya di AS, ia langsung kuliah. Selain harus belajar bahasa Inggris secara ekstra, pola belajar juga menuntutnya untuk banyak membaca buku. Apalagi pada semester pertama, ia juga meninggalkan kedua anak dan istrinya di Indonesia.

Pada semester berikutnya, setelah mengenal situasi dan mendapatkan rumah yang layak, ia memboyong keluarganya ke Amerika. Karena sudah terbiasa belajar, sambil bekerja, Affan juga bekerja paruh waktu di perpustakaan meskipun nilai beasiswanya lebih dari cukup.

Di sana ia juga sempat menjabat sebagai ketua Permias, organisasi mahasiswa Indonesia di Amerika. Hampir sepuluh tahun berikutnya, Affan mengambil gelar doktor di Ohio State university (1988). saat ia mengikuti program doktor tersebut, ibunya meninggal. Ia tidak sempat menungguinya.

Inilah pengalaman yang amat menyakitkan baginya. Namun, ia berharap bahwa ibunya merasa bangga kepadanya karena ia telah memenuhi keinginan ibunya menjadi guru sekolah tinggi. Walaupun ia tak berhasil memanuhi harapan ayahnya untuk menjadi dokter, ia berhasil menjadi doktor dan akhirnya bergelar profesor. Kariernya di bidang pejabat tinggi seperti yang dicita-citakannya dulu juga tercapai.

Affan Gaffar pernah menjadi anggota MPR-RI dari fraksi Utusan Golingan (1988), anggota tim tujuh Departemen Luar Negeri, Tim Anggota Tim verivikasi Parpol Pemilu 2009, anggota KPU 1999-2000, dan lain-lain. Di bidang guru sebagaimana dicita-citakan oleh ibunya, Affan Gaffar adalah dosen pascasarjana pada Program Ilmu Sosial dan Politik UGM. Selain itu, ia juga menjadi Dosen Luar Biasa pada Program Pascasarjana Ilmu Administrasi Negara Universitas Tujuh Belas Agustus Surabaya.

Selain itu juga, ia pernah menjabat sebagai ketua penyusun RUU keistimewaan Yogyakarta. Sejak pindah dari Bima, Nusa Tenggara Barat, pada tahun 1966, Affan Affar tidak pernah lagi benar-benar menetap di kampung halamannya. Kepindahannya ini merupakan titik balik dalam kehidupannya. Ia langsung diterima di Yogyakarta sebagai seorang pendatang yang Njawani, yakni berkepribadian layaknya orang Jawa tulen.

Sungguh luas pergaulannya. Ditambah lagi karakternya bersahaja, yakni masih sering berkeliling menggunakan motor meskipun dirinya telah menjadi profesor. Sayangnya, Affan Gaffar kini telah tiada. secara tiba-tiba, ia meninggal dunia pada tanggal 8 januari 2003, saat ia berniat potong rambut di belakang rumahnya di Yogyakarta. Saat itu, jenazahnya sempat disemayamkan di Balairung UGM dan dimakamkan di sidoarur, Godean, Yogyakarta.

Seluruh civitas akademika UGM dan seluruh masyarakat Yogyakarta pada umumnya jelas merasakan kehilangan atas meninggalnya sosok sederhana ini. Pencapaian selama hidupnya tidak lepas dari kerja kerasnya. Ia sama sekali tidak putus asa ketika keluarganya mengalami depresi semasa ditinggal pergi oleh ayahnya. Ia pun menjadi yatim pada usia sepupuh tahun. Fakta itu bisa dilaluinya hingga selamat dan mampu menuntaskan karier pendidikan dan akademisnya sampai dengan tingkat tertinggi.

Sumber: paketwisatabromo.com

Perang Surabaya

 
Gambar: pixabay.com

Pada tanggal 10 November meletuslah sebuah perlawanan rakyat di Surabaya untuk mengusir Belanda dan para sekutunya dari tanah air. Perang ini berawal dari kemarahan tentara inggris akibat dari terbunuhnya pimpinan mereka, Brigadir Jenderal Mallaby.

Akibat tewasnya pimpinan mereka pihak Inggris dan sekutunya memberikan sebuah ultimatum kepada seluruh pejuang yang da di Surabaya waktu itu untuk menyerah. Bukannya menyerah, ultimatum tersebut malah dianggap sebuah penghinaan oleh para pejuang dan rakyat. Mereka membentuk sebuah milisi-milisi perjuangan untuk menghadapi piahk Inggris yang mengancam untuk menyerang.

Mengetahui utimatumnya ditolak, pihak Inggris dan sekutunya marah besar. Kemudian pada 10 November pagi mereka melancarkan serangan besar-besaran melalui laut, darat dan udara dengan mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank dan kapal perang.

Kota Surabaya diserang habis-habisan oleh pihak sekutu. Mereka mengebom gedunggedung pemerintahan dan membunuh para pejuang. Kejadian waktu itu sangatlah mengerikan, pembunuhan terjadi di mana-mana dan membuat para pejuang terdesak. Namun, diluar dugaan rencana mereka untuk menaklukan kota Surabaya dalam 3 hari gagal.

Seluruh pejuang dan rakyat Surabaya turun ke jalan untuk melakukan perlawanan. Semangat juang para pahlawan waktu itu muncul berkat seorang pemuda yang bernama Bung Tomo, dia dengan gagah berani memekikan pidato untuk membakar seluruh semangat para pejuang. Pertempuran Surabaya berlangsung sekitar 3 minggu dan dimenangkan oleh pihak sekutu. Meskipun kota Surabaya jatuh ketangan sekutu, perlawanan rakyat Surabya waktu itu membangkitkan semangat juang seluruh rakyat Indonesia.

Sumber: paketwisatabromo.com

 Garam dan Air

Gambar: freepik.com

Di sebuah desa ada seorang anak perempuan umurnya kira-kira tiga belas sampai enam belas tahun. Dia seorang anak yang cantik juga pintar tapi sayangnya dia memiliki sifat suka mengeluh ketika ada masalah datang menghampirinya. Sekecil apapun masalah itu dia selalu mengeluh dan menggerutu. Suatu hari dia sedang berjalan menuju sekolah, tiba-tiba lewat seorang teman sekolahnya dengan mengendarai sepeda baru. Dia menatap temannya yang sedang mengendarai sepeda sambil mengeluhkan dirinya yang cuma berjalan kaki.

Sesampainya di rumah  diapun mengeluhkan hal ini kepada ibunya. “Bu, aku capek setiap hari harus berjalan kaki ke sekolah, kenapa? Ibu tidak membelikan aku sepeda baru supaya aku tidak perlu capek-capek berjalan kaki”.

Dia merasa dalam hidup ini hanya dia seorang yang selalu mendapat masalah tidak seperti teman-temannya yang lain yang bisa hidup enak dan tidak pernah punya masalah. Padahal semua manusia di muka bumi tidak pernah lepas dari masalah. Ibunya mulai resah dengan sikap anaknya yang selalu mengeluh.

Hingga di suatu hari, Ibu anak ini mengajaknya ke dapur, dia mengambil garam, gelas, dan sebuah panci kemudian mengisi gelas dan panci dengan air sampai penuh. Dia kemudian memasukan satu sendok garam kedalam gelas yang berisi air dan satu sendok lagi ke dalam panci.

Sang anak mulai penasaran dengan apa yang sedang dilakukan ibunya. “Untuk apa air garam itu bu?” Sang Ibu pun berkata, “sekarang coba kamu minum air yang ada di dalam gelas”. Anak  itu pun meminumnya dan mengeluh, “rasanya sangat asin bu!”, Ibunya kemudian menyuruh anak itu untuk mencicipi air yaang ada di dalam panci.

“Rasanya asin bu, tapi tidak seasin air yang di gelas tadi” Kata anak itu dengan nada penasaran. Setelah itu sang ibu mengajaknya ke sebuah danau yang berada tidak jauh dari rumah mereka.
“Sekarang coba kamu lemparkan segenggam garam ke dalam danau itu!”. Dengan wajah yang masih penasaran anak itu melemparkan segenggam garam ke dalam danau.

“Kenapa bu? Untuk apa ibu menyuruhku melemparkan garam ke danau?”. Sang ibu kemudian berkata, “Nak, kamu adalah anak yang cerdas, menurut kamu bagaimana rasa air danau melemparkan segenggam garam ke dalamnya?”  Dengan spontan anak itu menjawab, “Tentu saja rasanya tidak akan berubah bu, tapi aku masih penasaran kenapa ibu melakukan semua ini?”

Dengan nada yang lembut ibunya menjelaskan bahwa garam yang dimasukkan ke dalam gelas, panci dan danau itu diibaratkan masalah setiap orang yang ada di dunia. Tinggal bagaimana sikap kita menghadapi masalah itu. Apakah kita akan seperti gelas dan panci ketika ditimpa sedikit masalah akan berubah menjadi asin? Ataukah kita adalah danau yang ketika ditimpa masalah sebesar apapun tidak akan berubah rasa sedikitpun.

Setelah mendengarkan penjelasan ibunya, anak ini mulai mengerti bahwa setiap orang di atas bumi ini pasti punya masalah entah itu masalah yang besar atau masalah yang kecil. Namun, jika kita menghadapinya dengan lapang dada, maka sebesar apapun masalah yang menimpa tidak akan mengubah kita menjadi orang yang suka mengeluh dan lupa untuk bersyukur.

Sumber: paketwisatabromo.com

Hikmah Sepatu Bolong Santi

Gambar: freepik.com

Sepatu menjadi salah satu item penting yang harus dikenakan ketika pergi ke sekolah setiap hari. Seragam yang rapi dan sepatu mengkilat adalah hal yang bisa aku banggakan sejak dahulu. Akan tetapi tak pernah ada rasa antusias ketika memakai sepatu baru, karena ibu yang membelikannya bukan atas dasar keinginanku sendiri.

Setiap detik tatapanku terpaku pada sepatu yang kini telah dipakai. Sama sekali tidak keren dan mengesankan seperti sepatu milik teman-teman yang lain. Aku merasa malu memiliki sepatu baru ini. Tak terasa aku termenung sendiri karena memikirkan sepatu baru ini memang tidak keren.
Tiba-tiba seorang teman menepuk pundak dan membuyarkan lamunan.

Namanya Santi dan dia duduk tepat di sampingku sambil bercerita tentang pekerjaan rumahnya. Kuperhatikan Santi dari ujung kepala sampai ujung kaki secara saksama dan kaget melihat sepatunya yang bolong. Secara spontan aku bertanya soal sepatunya. Kemudian Santi menjelaskan sambil tertawa, jika dia belum mampu membeli sepatu baru meski dengan harga murah sekalipun.

Setelah kejadian ini aku merasa menjadi orang beruntung karena memakai sepatu baru ke sekolah. Sedangkan orang lain bahkan belum mampu membeli sepatu baru meskipun sudah rusak dan bolong di beberapa bagian. Sungguh aku malu pada Santi yang masih bersyukur dengan sepatu bolongnya dari pada diriku sendiri.

Sumber: paketwisatabromo.com

Seseorang yang Bangkit dari Depresi

Gambar: freepik.com

Dikisahkan bahwa ada seorang ayah yang sempat kehilangan anak laki-lakinya. Namanya seorang ayah, tentu saja akan sangat terluka ketika buah hati yang begitu disayangi tiba-tiba pergi meninggalkannya terlebih dahulu menjemput maut.

Mungkin memang banyak yang berhasil melewati situasi ini, namun tidak dengan seorang lelaki bernama Brian ini. Brian bisa di katakan mengalami stress dan syock berat akibat meninggalnya putranya tersebut.

Bahkan, saking parahnya kondisi Brian, dia pun pernah mencoba untuk bunuh diri. Padahal, anak laki-lakinya yang telah meninggal bukanlah putra semata wayang yang dia miliki. Brian masih memiliki seorang putri juga yang seharusnya bisa menghibur kesedihan laki-laki tersebut.

Meski demikian, keluarganya masih begitu bersyukur karena Brian tidak sampai hilang kendali dan benar-benar menyusul putranya saat itu. Bahkan, saat ini depresi yang di alami oleh Brian pun telah pulih seperti sedia kala.

Dia tidak lagi mengalami hal-hal yang di luar batas wajar sebagaimana beberapa tahun lalu sejak meninggalnya sang putra. Kondisi Brian akhirnya membaik dengan perjuangan keras dan berbagai tahap pemulihan yang dia jalani. Bahkan, saat ini dia begitu sehatnya hingga ikut andil dalam berbagai penyembuhan untuk penderita depresi.

Hal ini di lakukan sebagai rasa syukur atas kesembuhannya hingga sekarang. Dan dia pun bekerja di recovery support worker. Dari cerita ini bisa di ambil banyak pelajaran penting. Seseorang yang pernah mengalami depresi pun akhirnya mengabdikan diri bagi mereka yang sedang mengalami hal yang sama. Oleh karena itu, sesedih apa pun hal atau peristiwa yang pernah terjadi dalam hidup.

Termasuk ketika orang yang paling di sayangi pergi, jangan sampai kehilangan akal sehat dan melakukan tindakan merugikan. Hal ini karen segala sesuatu pasti kembali ke asalnya dan hanya menunggu giliran masing-masing saja.

Selain itu, bagi Anda yang sedang memiliki keluarga dalam kondisi serupa, tidak perlu khawatir terlalu berlebih karena dengan ikhtiar yang kuat, niat serta doa dari keluarga, orang yang Anda sayang dan sedang mengidap depresi bisa sembuh sebagaimana kondisi semula.

Bahkan, bisa jadi dia akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Dan hal ini telah di buktikan oleh Brian serta putrinya yang melewati masa-masa sulit dengan kondisi sang ayah yang begitu mengharukan. Bahkan, cerita inspiratif yang satu ini pun di ceritakan sendiri oleh sang putri yang begitu senang karena ayahnya telah kembali seperti sedia kala.

Sumber: paketwisatabromo.com

Dokter Sampah

Pengertian Cerita Inspirasi Nonfiksi Lengkap dengan Contoh Teksnya : Bahasa Indonesia Kelas IX

Gambar: freepik.com

“Gamal Albinsaid” Pada Juni 2005, kisah pemulung Supriono menggendong anaknya yang berusia tiga tahun, Nur Khaerunisa, disorot media massa Jakarta. Musababnya, Khairunisa dalam keadaan tak bernyawa akibat sakit muntaber yang menderanya di gerobak berukuran 2 meter. Sedangkan, Supriono tidak bisa menanggung biaya pemakaman anak bungsunya itu. Jangankan memakamkan anaknya, membeli kain kafan pun dia tak mampu.

Pria berusia 37 tahun ini akhirnya bisa memakamkan Khaerunisa dengan layak berkat uluran tangan kenalan dan tetangga-tetangganya. Kisah pilu tersebut ternyata membekas di hati Gamal Albinsaid. Lima tahun setelah cerita duka Supriono dan Khaerunisa terkuak, Gamal bersama empat teman dan seorang dosen pembimbing Universitas Brawijaya Malang mendirikan Indonesia Medika.

Tujuannya: membebaskan kaum miskin dari belenggu biaya kesehatan yang mahal.
Salah satu produk Indonesia Medika adalah Klinik Asuransi Sampah. Klinik Asuransi Sampah merupakan hasil penelitian Gamal dan teman-temannya.

Mereka mengetahui sampah adalah produksi rumah tangga setiap orang dan bukan hanya jadi sumber masalah penyakit yang sering menjangkit sanitasi. Menurut Gamal dkk, sampah adalah benda yang paling tepat sebagai modal utama bagi seluruh masyarakat dengan kemampuan ekonomi terbatas.

“Setiap hari orang memproduksi sampah, dan setiap rumah itu punya sampah, kan? Maka kami kembangkan sampah untuk asuransi ini,” kata pria berusia 26 tahun tersebut. Tapi upaya Gamal dkk membangun Klinik Asuransi Sampah tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Karena jumlah nasabah kurang dari 1.000 orang, dia harus mencari sumber dana dari berbagai instansi untuk mensponsori kegiatannya. Selain urusan nasabah, kliniknya sempat tutup karena staf yang kebanyakan mahasiswa belum bisa memberikan waktunya 100 persen. Walau banyak hambatan, Gamal tak menyerah. Dan Ia bisa tersenyum ketika mendengar para nasabah jatuh hati pada program yang disosialisasinya.

Ia pun terharu ketika mengetahui para pasiennya tidak perlu lagi meminjam uang para tetangga hanya untuk berobat dan mendapat pelayanan kesehatan. Harapannya adalah lebih banyak masyarakat Indonesia bisa merasakan layanan kesehatan yang baik meski tak mampu.

“Yang saya jual ini sebenarnya bisnis, tapi bisnis sosial. Kita cari keuntungan, tapi kita beri banyak kegiatan sosial, sehingga rasa uangnya jadi lebih manis,” kata dia kepada Tempo. Akibat pengabdiannya tersebut, Gamal diganjar penghargaan oleh Pangeran Charles sebagai finalis Sustainable Living Young Entrepreneurs Awards di Istana Buckhingham, Inggris.

Sumber: paketwisatabromo.com

Dokter Pedalaman

Gambar: freepik.com

“dr Ang Liana Sari” Gamal bukan satu-satunya dokter yang mengabdikan dirinya untuk kaum papa. Pengabdian serupa dilakukan dr Ang Liana Sari. Selama tujuh tahun dia bertugas di pedalaman Kalimantan Timur tepatnya Kecamatan Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, sebagai tenaga kerja kesehatan.

Untuk menuju tempat tugasnya, Ang harus melewati 17 jam perjalanan darat dari Kota Balikpapan dan tiga jam perjalanan dengan menggunakan perahu cepat. Ketika pertama kali sampai di daerah pedalaman tersebut, Ang tidak mendapat sambutan dari warga setempat. Dia pun harus tidur di tempat penyimpanan padi. Saat pertama kali tiba di tempat tugasnya, dia sangat terkejut dengan kondisi kampung tersebut.

Di sana tidak ada aliran listrik dan sumber air bersih. Terpaksa dia menggosok gigi di kubangan air. Selain itu, tidak ada pula para pasukan oranye yang kiranya telah menjadi pahlawan untuk “membersihkan” Jakarta. Tempat tinggal Ang pun berjarak 1 kilometer dari tempatnya bertugas, Puskesmas Long Hubung. Dia pun harus keliling kampung untuk menunaikan tugasnya.

Terdapat lima kampung di Laham yang jaraknya bisa memakan waktu delapan jam menggunakan perahu kecil. “Perjalanan ini memang menantang maut. Seandainya ketinting itu menabrak batu-batu sungai yang besarnya seukuran rumah, habislah kita,” tutur perempuan yang numpang lahir di Balikpapan itu kepada Berita Metro.

Selain jarak tempuh ke tempat kerja, tantangan lain yang dia hadapi adalah dokter adat. Alumnus Universtas Wijaya Kusuma Surabaya ini harus menjelaskan perkembangan kedokteran modern kepada dokter-dokter adat.

Namun, Ang berupaya tetap menyatu dengan para dokter adat. Dia justru belajar dari mereka.
Di antaranya soal obat-obatan dari bahan alam. Ang pun tak sungkan meminta tolong kepada para dokter adat.

Contohnya ketika ada pasiennya yang digigit ular. Karena tidak punya obat penawar racun bisa ular, dia memanggil dokter adat untuk melakukan pengobatan tradisional dengan menggunakan batu hitam. Dengan sikapnya yang merangkul dokter adat, Ang perlahan-lahan diterima mereka dan masyarakat setempat.

Wanita berusia 37 tahun ini juga memiliki satu program yang membuatnya semakin dikenal masyarakat sekitar yaitu posyandu keliling. Dengan program tersebut, dia berjalan menuju desa-desa yang tidak memiliki tenaga medis. Dalam satu hari dia mampu mengunjungi empat desa sekaligus. Ang kini telah menikah dan menetap di Laham. Dia hidup bahagia dengan suami dan dua anak laki-lakinya.

Sumber: paketwisatabromo.com