Pengertian Patuh kepada Orang Tua dan Guru, Empati terhadap Sesama : Agama Islam Kelas VII

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan pengertian patuh kepada orang tua, guru, dan empati terhadap sesama dalam mata pelajaran agama Islam kelas VII revisi terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian patuh kepada orang tua, guru, dan empati terhadap sesama dalam mata pelajaran agama Islam. Untuk lebih jelasnya, silakan simak penjelasannya berikut ini.

Pengertian Patuh kepada Orang Tua dan Guru, Empati terhadap Sesama : Agama Islam Kelas VII

Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.

Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra':

Artinya:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)

 عَنْ اَ بْنِ عُمَرَ رَ ضِيَ ا للهُ عَنْهُمَا اَ نَّ ا لنَّبِيَّ صَلَى ا للهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ اِ نَّ اَ بَرَّ ا لْبِرَّ اَ نْ يَصِلَ ا لرَّ جُلُ وُ دَّ اَبِيْهِ

Artinya :

Bahwa rasulullah bersabda: sesungguhnya kebaikan yang paling utama adalah seseorang memelihara hubungan baik dengan orang tuanya. (HR Muslim)

Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.

Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi) Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.

A. Pengertian Patuh dan Taat kepada Orang Tua dan Guru

Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Bagaimana cara membalas kebaikan orang tua? Salah satu cara membalas kebaikan orang tua yaitu bersikap patuh kepada orang tua. Selain kepada orang tua, kita harus bersikap patuh kepada guru dan sesama anggota keluarga. Berikut pengertian mengenai hormat dan patuh.

Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah satu amal saleh yang mulia. Perintah berbakti kepada orang tua terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an diantaranya QS.Al Baqarah ayat : 83 yang artinya :

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”.

B. Contoh Perilaku Hormat Kepada Orang Tua dan Guru

Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga.

1. Hormat dan patuh kepada orang tua

Kita hendaknya patuh dan taat terhadap nasihat dan perintah orang tua selama tidak untuk maksiat atau berbuat musyrik. Bila kita diperintahkan untuk berbuat maksiat atau kemusyrikan, kita harus menolak dengan cara yang sopan. Dalam keadaan apapun kita harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang tua.

  • Senantiasa berbuat baik dan bersikap hormat baik dalam tingkah laku maupun tutur kata terhadap kedua orang tua
  • Mengikuti keinginan dan saran orang tua selama keinginan dan saran-saran itu tidak melanggar ajaran agama
  • Membantu kedua orang tua sesuai kemampuan
  • Mendoakan orang tua semoga diberi umur panjang oleh Allah SWT
  • Menjaga dan merawat orang tua ketika orang tua sakit
  • Setelah orang tua meninggal dunia, kita menghormati orang tua dengan mendoakannya
  • Hormat dan patuh kepada guru

2. Hormat dan Patuh kepada Guru

Guru juga berhak mendapatkan bakti siswa nya. Hal ini karena guru telah memberikan ilmu kepada siswa nya dengan tulus dan ikhlas. 

Berikut beberapa contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua:

  • Memuliakan dan tidak menghina kepada guru
  • Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat
  • Memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran
  • Bertanya kepada guru apabila ada sesuatu yang belum dimengerti dengan sikap sopan
  • Menggunakan cara bahasa yang baik pada saat berbicara dengan guru
  • Berpakaian rapi dan sopan ketika belajar

3. Hormat dan patuh kepada anggota keluarga

  • Menghormati dan menghargai nasihat keluarga, selama tidak untuk berbuat maksiat atau berbuat musyrik
  • Senantiasa berbuat baik dan bersikap hormat terhadap anggota keluarga. 
  • Mendoakan anggota keluarga semoga diberi kesehatan oleh Allah swt
  • Membantu anggota keluarga yang kesulitan.
  • Memohonkan ampun kepada Allah swt atas kesalahan anggota keluarga
  • Menghormati hak dan kewajiban anggota keluarga yang lain.

C. Hikmah Patuh kepada Orang Tua dan Guru

Kalian telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.

  1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
  2. Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
  3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
  4. Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
  5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt. 

D. Rasa Empati

Empati adalah sikap ikut merasakan perasaan orang lain, baik tatkala orang lain tersebut sedang mengalami musibah maupun mendapatkan kebahagiaan

1. Manfaat Sikap Empati

  • Menghilangkan sikap egois `Menghilangkan kesombongan
  • Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri

2. Cara Mengasah Rasa Empati dalam Diri

  • Rekam semua emosi pribadi
  • Perhatikan lingkungan luar (orang lain)
  • Dengarkan curhat orang lain
  • Bayangkan apa yang sedang dirasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita
  • Lakukan bantuan secepatnya

3. Hadits yang terkait dengan Empati

Artinya: 

Dari Nu'man bin Basyir, ia berkata : Rasulullah saw . bersabda, "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang, cinta-mencintai, serta memadu kasih ibarat satu tubuh, apabila ada anggota badan yang sakit maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit, dengan tidak bisa tidur dan demam". (H.R. Muslim )

4. Cara Mengasah Rasa Empati dalam Diri

  • Rekam semua emosi pribadi. Artinya: kita senantiasa mengingat-ingat pengalaman yang kita alami. Ini penting untuk dapat merasakan orang lain seandainya mengalami hal serupa 
  • Perhatikan lingkungan luar/orang lain. Hal ini akan memberikan efek yang bagus untuk diri kita. Kita dapat mampu menghilangkan subjektivitas dalam diri kita.
  • Mendengarkan keluhan/curhat orang lain. Mau mendengarkan cerita pengalaman sedih orang lain akan membawa kita ikut merasakannya dan menimbulkan keinginan untuk memahami masalah dan membantu memberikan solusi pemecahannya.
  • Membayangkan jika sesuatu yang menimpa orang lain menimpa diri kita. Pemikiran ini akan membawa efek yang baik untuk diri kita. `Segera berikan bantuan. Memberikan bantuan kepada yang membutuhkan akan meningkatkan rasa empati.

5. Manfaat Sikap Empati

  • Menghilangkan sikap egois. Seseorang yang memiliki sikap empati yang tinggi akan menghilangkan rasa mementingkan kepentingan diri sendiri. Penting untuk dapat merasakan orang lain seandainya mengalami hal serupa
  • Menghilangkan kesombongan. Seseorang yang berempati akan dapat melihat jauh apa akibat yang mungkin akan timbul dari suatu kejadian, sehingga ia akan mampu berfikir dan bertindak sesuai kebenaran sekaligus akan memunculkan rasa rendah hati.
  • Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri. Dengan kemampuan berempati kepada orang lain, maka seseorang akan mampu mengontrol diri dengan baik dan akan bersikap hati-hati dalam bertindak.