Gurindam : Pengertian, Tujuan, Ciri-Ciri, Jenis-Jenis, dan Contohnya (Terbaru)

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan pengertian gurindam, tujuan gurindam, ciri-ciri gurindam, jenis-jenis gurindam, dan contoh gurindam dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII revisi terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian gurindam, tujuan gurindam, ciri-ciri gurindam, jenis-jenis gurindam, dan contoh gurindam dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Gurindam : Pengertian, Tujuan, Ciri-Ciri, Jenis-Jenis, dan Contohnya (Terbaru)

A. Pengertian Gurindam

Gurindam awalnya berasal dari bahasa Tamil yaitu dari sebuah kata “kirindam” yang berarti sebuah perumpamaan. Secara definisi, Gurindam dapat diartikan sebagai sebuah karya sastra lama yang berbentuk seperti puisi yang tersusun dari dua baris kalimat dengan sajak atau rima yang sama, biasanya Gurindam itu sendiri tersusun lebih dari satu bait. Pada baris pertama sebuah Gurindam berisi tentang persoalan ataupun syarat. Sedangkan pada baris kedua, berisi sebuah jawaban dari persoalan yang ada pada baris pertama.

Gurindam juga diidentifikasikan sebagai pantun nasehat. Padahal, pada dasarnya kedua karya sastra ini sangat jauh berbeda. Pada Gurindam terdiri dari dua larik saja didalam satu bait, sedangkan pada Pantun bisa lebih dari empat larik dalam satu bait. Berikut ini adalah beberapa ciri khas gurindam yang dapat membedakannya dari karya sastra yang lain.

Gurindam adalah suatu kata yang berasal dari bahasa sansakerta yang merupakan suatu puisi melayu tradisional dan berasal dari tamil yakni negara india. Gurindam dapat dianggap sebagai puisi terikat, rima yang burujung sama yakni a-a.

Gurindam adalah jenis puisi lama yang hanya terdiri dari dua baris di dalam satu baitnya. Pada baris yang pertama akan menyetakan tentang perbuatan dan yang ada dibaris ke dua merupakan suatu akibat yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Maka baris yang ada di dalam gurindam memiliki hubungan sebab dan juga akibat.

Pengarang gurindam yang karyanya sangat dikenang sekali hingga saat ini bernama Raja Ali Haji dengan karya yang berjudul Gurindam Dua Belas. Konon Raja Ali Haji masih mempunyai hubungan persaudaraan dengan Raja Ali, Raja muda yang memimpin wilayah Riau sekitar pada tahun 1844 hingga 1857.

Berikut ini kami cantumkan beberapa pengertian gurindam dari menurut beberapa ahli :

  • Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, Gurindam ialah sebuah bentuk karya sastra yang berupa sajak dengan 1 baitnya terdiri atas 2 baris serta isinya adalah berupa nasehat atau petuah.
  • Menurut Ismail Hamid menyatakan bahwa Gurindam ialah karya sastra yang berasal dari Bahasa Sanskrirt.
  • Menurut Raja Ali Haji, menyatakan bahwa Gurindam ialah puisi yang terdiri dari dua baris saja dalam satu bait. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana Gurindam, menyatakan bahwa ialah sajak dua baris yang terbentuk dari kalimat majemuk.
  • Menurut Za’ba, menyatakan definisi Gurindam ialah sebuah bentuk puisi yang tidak terikat.

B. Tujuan Gurindam

Berdasarkan dari isinya, Gurindam dapat dianggap sebagai puisi yang digunakan sebagai tujuan pendidikan dan juga hiburan. Selain itu, Gurindam juga dapat berfungsi sebagai sebuah gambaran masyarakat yang dapat digunakan untuk memancarkan sebuah kreativitas dan estetika serta daya intelektual dari masyarakat Melayu lama dalam menangani hal-hal kehidupan mereka.

C. Ciri-Ciri Gurindam

Berdasarkan penjelasan diatas, dibawah ini terdapat beberapa ciri khas dari Gurindam yang dapat membedakannya dengan karya sastra yang lainnya yaitu, sebagai berikut ini :

  1. Pada Gurindam tiap barisnya bersajak A-A, B-B, dan seterusnya.
  2. Gurindam juga hanya terdiri dari dua baris, tidak lebih dari tiap baitnya.
  3. Gurindam itu sendiri memiliki jumlah kata dari per baris hanya sekitar 10 kata saja.
  4. Gurindam biasanya berisi sebuah nasehat hidup.
  5. Di setiap baris Gurindam mempunyai hubungan antara sebab-akibat.
  6. Baris kedua dari Gurindam biasanya berupa isi.

D. Jenis-Jenis Gurindam

Gurindam Berangkai, adalah bentuk gurindam yang ditandai dengan kata yang sama pada baris pertama tiap baitnya.

Contoh :

Lakukan saja yang menurutmu benar
Lakukan saja yang menurutmu pantas

Hidup hanya bergantung hati
Hidup hanya sesaat dan kemudian mati

Gurindam Berkait, adalah gurindam yang ditandai dengan adanya keterkaitan antara bait pertama dengan bait-bait seterusnya.

Contoh :

Siapa tak ingin sesat dunia akhirat
Maka cepatlah taubat sebelum terlambat

Tapi siapa yang lekas bertaubat sebelum kiamat
Maka didapatlah itu yang namanya selamat 

E. Contoh Gurindam Dua Belas

karya: Raja Ali Haji

Gurindam Pasal Satu

Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka ia itulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
Tahulah ia dunia mudarat.

Gurindam Pasal Dua

Barang siapa mengenal yang tersebut,
Tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
Seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
Tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
Tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
Tiadalah ia menyempurnakan janji.

Gurindam Pasal Tiga

Apabila terpelihara mata,
Sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
Khabar yang jahat tiadaiah damping.
Apabila terpelihara lidah,
Niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
Daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
Daripada berjaian yang membawa rugi.

Gurindam Pasal Empat

Hati itu kerajaan di daiam tubuh,
Jikalau zalim segala anggotapun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah,
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
Nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung.
Tanda orang yang amat celaka,
Aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
Itulah perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
Janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
Mulutnya itu umpama ketor.
Di mana tahu salah diri,
Jika tidak orang lain yang berperi.

Gurindam Pasal Lima

Jika hendak mengenai orang berbangsa,
Lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
Sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
Lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
Di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Gurindam Pasal Enam

Cahari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
Yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
Pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan ‘abdi,
Yang ada baik sedikit budi,

Gurindam Pasal Tujuh

Apabila banyak berkata-kata,
Di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
Itulah landa hampirkan duka.
Apabila kita kurang siasat,
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
Itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
Sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
Menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
Lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
Lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
Tidak boleh orang berbuat honar.

Gurindam Pasal Delapan

Barang siapa khianat akan dirinya,
Apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
Orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
Daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
Biar dan pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
Setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
Kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
Keaiban diri hendaklah sangka.

Gurindam Pasal Sembilan

Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan,
Bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
Itulah iblis punya penggawa.
Kepada segala hamba-hamba raja,
Di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
Di situlah syaitan tempat bergoda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
Di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
Dengan syaitan jadi berseteru.

Gurindam Pasal Sepuluh

Dengan bapa jangan durhaka,
Supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
Supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
Supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan kawan hendaklah adil,
Supaya tangannya jadi kapil.

Gurindam Pasal Sebelas

Hendaklah berjasa,
Kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
Buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
Buanglah khianat.
Hendak marah,
Dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
Jangan memalui.
Hendak ramai,
Murahkan perangai.

Gurindam Pasal Dua Belas
 
Raja mufakat dengan menteri,
Seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
Tanda jadi sebarang kerja.
Hukum ‘adil atas rakyat,
Tanda raja beroleh ‘inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
Tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
Tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
Itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
Kepada hati yang tidak buta.