Simbol-Simbol Liturgi dalam Agama Katolik

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan artikel seputar simbol-simbol liturgi yang mencakup banyak unsur dan sangat luas. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik khususnya yang beragama Katolik dalam mencari referensi tentang simbol-simbol liturgi yang mencakup banyak unsur dan sangat luas. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami simbol-simbol liturgi.

Simbol-Simbol Liturgi dalam Agama Katolik

Pada struktur simbolis mesti dibedakan antara isi dan bentuk ungkapannya, isi atau apa yang disimbolkan dan bentuk atau apa yang menjadi simbolnya. Akan tetapi keduanya, yakni antara isi dan bentuk ungkapan atau simbolnya, tidak pernah dapat dipisahkan. Isi hanya dapat kita tangkap melalui simbol atau bentuk ungkapannya; dan sebaliknya simbol hanya memiliki makna atau roh apabila mengungkap sesuatu yang menjadi isinya.

Begitu pula simbol-simbol liturgi. Semua hal atau unsur yang berlangsung dalam perayaan liturgi dapat dilihat menurut struktur simbolis itu. Apa yang kelihatan , seperti umatnya, pemimpin liturginya, dekorasi altarnya, tata ruang dan tata suaranya, warna dan pakaian liturginya, dsb, merupakan simbol-simbol liturgi. Seluruh simbol liturgi itu menjadi bentuk ungkapan dari inti misteri iman yang dirayakan, yakni Misteri Yesus Kristus yang menyelamatkan. Masing-masing simbol tersebut mengungkapkan segi-segi tertentu dari misteri iman yang dirayakan.

Simbol-simbol liturgi mencakup banyak unsur dan sangat luas. Oleh karena itu pada bab ini, kami ingin menempatkan seluruh pembicaraan bentuk ungkapan liturgi itu dalam tiga macam klasifikasi simbol liturgi. Pertama, simbol-simbol liturgi yang menyangkut diri manusia dengan segala indra dan tata liturgi. kedua, simbol-simbol liturgi yang berupa peralatan liturgi, baik simbol-simbol liturgi yang alamiah maupun alat-alat liturgi yang buatan. Ketiga, simbol-simbol liturgi lain. Simbol-simbol liturgi lain di sini kami maksudkan berbagi simbol yang menjadi latar sekaligus menyentuh sumua unsur liturgi.

Simbol Manusiawi

Mnusiawi sendiri adalah simbol liturgi. Unsur-unsur dari manusia yang menjadi simbol-simbol liturgi mencakup: diri manusia, tindakan indrawi, dan tata gerak.

Diri manusia simbol liturgi

Umat yang berkumpul sudah melambangkan dan mengadirkan seluruh umat Allah atau Gereja yang dipanggil dan dikumpulkan oleh Allah dalam pertemuan umat yang diselamatkan. Umat yang berkumpul itu menunjuk umat Allah yang dipanggil, dikumpulkan, dan dipilih bagi karya penebusan Kristus dan pemuliaan Allah. Dalam pertemuan jemaat itu, Kristus hadir sebab "di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat 18:20).

Gerak perjumpaan orang-orang dari berbagai kelompok, suku, tingkatan, dan keluarga mengungkapkan tindakan Allah yang mempersatukan semua orang kepada keselamatan Allah yang berupa pengudusan umat dan pemuliaan Allah. Umat yang berkumpul itu melambangkan Gereja musafir, yaitu umat Allah yang berziarah menuju "kepenuhannya dalam kemuliaan di surga jika akan tiba saatnya segala-sesuatu diperbarui (Kis 3:21), dan jika bersama umat manusia dunia semesta pun, yang berhubungan erat dengan manusia dan bergerak ke arah tujuannya melalui manusia dan bergerak ke arah tujuannya melalui manusia, akan diperbaharui secara sempurna dalam Kristus (Ef 1:10; Kol 1:20; 2 Ptr 3:10-13)" (LG 48).

Tindakan indrawi

Tindakan Indrawi sebagai simbol-simbol liturgi mencakup: mendengarkan, melihat, menyentuh, merasakan, dan membau.

a. mendengarkan

mendengarkan bukanlah sekedar tindakan reseptif, yang hanya menerima saja, melainkan juga tindakan aktif. Sebab jika kita mendengarkan, kita sebenarnya sedang membuka diri kita mendengarkan, kita sebenarnya sedang membuka diri untuk menerima dengan sadar sapaan, suara, atau kata-kata dari luar diri kita. Tindakan mendengarkan juga tindakan aktif untuk memberi perhatian dan mau masuk ke dalam diri pribadi si pembicara serta dengan sadar mau mengambil bagian dalam peristiwa didengarkan itu.

Demikianlah dalam litrugi, tindakan mendengarkan ini begitu dominan. Kita mendengarkan sabda Tuhan, homili, doa, nyanyian, musik bel, dan sebagainya. Secara khusus, dengan mendengarkan sabda Tuhan, kita membuka diri terhadap sapaan dan daya kuasa Allah yang hadir melalui sabda itu dan dengan demikian kita mengambil bagian di dalam karya keselamatan Allah yang dihadirkan dalam sabda itu. Maka, mendengarkan merupakan bentuk ungkapan liturgi yang menyatakan kesiapsediaan iman dan ketaatan.

b. Melihat

Melihat merupakan bentuk ungkapan liturgi untuk melihat kemuliaan Allah. Sabda dalam wajah Kristus, kita dapat melihat kemuliaan Allah (2 Kor 4: 6). Melalui penglihatan mata, kita menyadari dunia dan isinya dan kita pun menjalin relasi dengan sesama manusia dan dunia. Demikian pula dengan penglihatan mata dalam liturgi, kita menyadari komunikasi Allah yang terpantul melalui berbagai simbol liturgi dan dengan demikian menjalin relasi kita dengan Allah dan sesama jemaat. Berbagai dekorasi indah di dalam gedung gereja, khususnya di sekitar altar, salah satunya untuk menghadirkan kemuliaan Allah. Dengan melihat keindahan bunga yang dirangkai di sekitar altar, kita melihat kemliaam Allah sendiri.

c. Menyentuh

Liturgi juga menggunakan indra sentuhan sebagai simbol liturgi. Tindakan menyentuh dalam liturgi mengungkapkan persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama umat beriman di dalam ikatan Roh Kudus, Misalnya, doa-doa Mazmur banyak menyebut aspek sentuhan ini untuk mengungkapkan iman akan kebersamaan umat dengan Allah (mis. Mzm 139:10). Dalam Perjanjian Baru, Yesus berkali-kali menunjukkan kasih-Nya dengan memeluk anak-anak, membasuh kaki para murid, dan menyembuhkan orang-orang sakit dengan sentuhan tangan-Nya. Dalam liturgi, tindakan sentuhan juga kita lakukan pada saat penerimaan komuni, salam damai entah dengan berciuman entah berjabat tangan, mencium altar atau Injil (oleh imam) dan mencium salib pada hari Jumat Agung. Sentuhan juga melambangkan penganugerahan Roh Kudus kepada umat beriman. Dlam Litrugi ini, tampak misalnya pada saat penumpangan tangan (Tahbisan), pengurapan dengan minyak (Krisma, Orang Sakit).

d. Merasakan

Indra merasakan juga digunakan dalam liturgi. Perayaan Ekaristi merupakan perayaan persekutuan kita dengan Tuhan yang tidak hanya terjadi secara rohani belaka, melainkan juga menggunakan aspek "fisik". Pada Perayaan Ekaristi, kita menyantap, mencecap, dan merasakan tubuh  (dan darah) Kristus dengan lidah. Dalam Kitab Suci, pengalaman akan Allah sering digambarkan dengan ide pencecapan dan rasa ini: "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu" (Mzm 34:9; bdk. 1 Ptr 2:2-3; Ibr 6:4-5). Demikian pula keselamatan eskatologis dilukiskan sebagai suatu perjamuan meriah dengan makanan dan minuman yang lezat sangat enak (bdk. Yes 25:6-7; Luk 14:15-24).

e. Membau

Indra pencium atau membau juga digunakan dalam liturgi. Penggunaan dupa dan ratus yang wangi, bau minyak wangi dalam litrugi inisiasi dan tahbisan merupakan contoh-contoh konkret. Wangi-wangi dan bau harum yang bisa dibau itu memang sudah merupakan simbol religius yang umam. Dalam agama lain, kita mengenal hio dan menyan dengan baunya yang khas. Dalam liturgi Kristen, keharuman merupakan ungkapan pewahyuan Allah dan kehadiran keselamatatan sendiri: "Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana" (2 Kor 2:14). Keharuman juga merupakan simbol ungkapan pujian hormat dan kurban (Mzm 141:2) sebab persembahan kurban Kristus merupakan "kurban yang harum bagi Allah" (Ef 5:2).