Idola dan Karakteristik Remaja Kristen - Pendidikan Agama Kristen Protestan

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan materi seputar idola dan karakteristik remaja Kristen. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang idola dan karakteristik remaja Kristen. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami idola dan karakteristik remaja Kristen.

Idola dan Karakteristik Remaja Kristen - Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pengertian Idola

Idola adalah pujaan atau yang disukai yang ditiru dan lain sebagainya. Idola remaja Kristen adalah Tuhan Yesus, seorang yang mengidolakan Tuhan Yesus maka dalam hidupnya akan selalu berperilaku seperti Tuhan Yesus. Sebagai remaja Kristen, maka dalam sikap dan perbuatan berarti menunjukkan sifat-sifat Kristus. Karena Kristus satu-satunya tokoh yang paling ideal yang dapat dijadikan contoh sebagai tokoh yang sempurna dalam pembentukan karakter.

Wujud Hukum Kasih


Ajaran Tuhan Yesus tentang hukum kasih yang ditulis dalam Injil Matius 22:37-40 mengajarkan kepada umat-Nya supaya mengasihi Allah dan mengasihi manusia seperti dirinya sendiri. Dalam hukum kasih tersebut dapat diwujudkan dalam kehidupan dan sikap kekristenan yaitu:

1. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi merupakan isi dari hukum kasih yang pertama (Matius 22:37) maksud dari ayat ini adalah bahwa setiap orang yang percaya pada Tuhan harus menunjukkan sikap tersebut dengan perbuatan, tidak hanya dengan kata-kata. Tetapi totalitas kehidupan.

2. Menghargai orang lain

Menghargai orang lain sama dengan menghargai diri sendiri. Contoh menghargai orang lain yang Tuhan Yesus ajarkan adalah Yesus tidak membeda-bedakan orang, misalnya percakapan Yesus dengan perempuan Samaria (Yohanes 4:1-42), Yesus diurapi oleh perempuan berdosa (Lukas 7:36-50).

3. Selalu berpikiran yang positif

Kecenderungan seseorang selalu berpikir yang negatif, namun Tuhan menghendaki supaya kita selalu berpikir positif dalam setiap menghadapi suatu masalah. Yesus memberikan contoh berpikir positif. Dalam kitab Yohanes 6:5-11. Yesus dengan optimis bahwa lima roti dan dua ikan akan dapat dibagikan untuk lima ribu orang. Dengan berpikir positif maka lima roti dan dua ikan tersebut diberkati oleh Tuhan Yesus.

Demikian pula remaja yang mengidolakan Yesus harus selalu berpikiran positif ketika menghadapi masalah yang ada. Sebagai orang percaya harus memiliki keyakinan bahwa setiap orang yang diciptakan Tuhan untuk menjadi orang yang sukses dan berhasil (Mazmur 37:21-26). Cara berpikir positif adalah cara berpikir yang memiliki harapan, cita-cita, dan mengarah ke masa depan.

4. Bersuka cita dan mengucap syukur

Sukacita dalam Alkitab adalah lebih dari sekadar emosi sukacita adalah perasaan lega ketika seseorang dapat membawa keluh kesahnya ke Bait Allah untuk mendapatkan penyelesaian (Mazmur 43:4). Dalam kitab Perjanjian Baru kesukacitaan sangat menonjol pada Injil Lukas 2:10 dan Kisah Para Rasul 13:52, kesukacitaan merupakan karunia roh yang khas.

Selain sukacita, kita hendaknya selalu mengucap syukur dalam setiap perkara. Rasul Paulus menuliskan kepada Jemaat di Tesalonika supaya selalu mengucap syukur dalam segala hal, karena itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus. (1 Tesalonika 5:18).

Karakteristik Remaja Kristen

1. Remaja dikasihi Allah dan Manusia

Dalam Injil Lukas 2:41-52 merupakan bagian cerita dari kehidupan Yesus pada masa kanak-kanak. Dalam tatanan agama Yahudi laki-laki dewasa wajib ziarah ke Yerusalem 3 kali dalam satu tahun. Untuk mengikuti perayaan besar agama. Bagi yang tempat tinggalnya jauh dari Yerusalem seperti halnya Yusuf dan Maria, biasanya hanya sekali saja ke Yerusalem setiap tahunnya yaitu pada Hari Raya Paskah. Dalam tradisi Yahudi anak yang berusia 12-13 tahun dianggap sudah dewasa. 

Pada saat itu seorang anak laki-laki disebut menjadi anak Taurat. Yang seterusnya berkewajiban memelihara segala ketentuan-ketentuan agama itulah sebabnya ketika Yesus berusia 12 tahun, Yusuf dan Maria mengajaknya ke Yerusalem untuk merayakan paskah. 

Pada saat Yesus berada di tengah guru-guru agama Yahudi, Yesus berlaku sebagai murid yang baik. Pada zaman itu tanya jawab antara guru-guru agama Yahudi dan murid-murid menjadi salah satu metode yang biasa digunakan. Pada saat itulah guru-guru agama menjadi terheran-heran serta takjub akan kesanggupan Yesus dalam memahami pelajaran yang diterimanya. Hal itu nampak dalam memberikan jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru agama Yahudi.

Pada saat tertentu Yesus tetap patuh sebagai anak dari keluarga Yusuf dan Maria, tetapi pada saat yang lain Yusuf dan Maria harus mengerti bahwa Yesus adalah anak Allah (Lukas 2:51a). Lalu Ia pulang bersama-sama dengan mereka di Nasaret, dan Ia tetap hidup dalam asuhan orangtua. Dengan kata lain, Yesus memahami benar bagaimana Dia harus hidup sebagai anak Allah, dan sebagaiman hidup sebagai anak manusia yang diasuh oleh orang tuanya. Seperti halnya Samuel pada waktu diserahkan ke Bait Allah. Samuel benar-benar menanggapi panggilan Tuhan namun Samuel juga tidak melupakan kasih sayang kedua orangtuanya.

Yesus memberikan keteladanan-Nya akan sikap patuh-Nya kepada orangtua dan juga sesama, dan di sisi yang lain Dia pun bertumbuh melalui ketaatannya kepada Allah Bapa. Maka dalam Injil Lukas 2:52 Yesus makin dikasihi Allah dan makin dikasihi manusia. Alasan mengapa Yesus makin dikasihi Allah dan manusia, karena sejak kecil dalam kehidupan Yesus selalu mengasihi Allah dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Firman Tuhan. Contohnya nilai-nilai tersebut adalah ketaatan dan kesetiaan-Nya pada Tuhan, mengasihi sesama bahkan dengan musuh pun Yesus tetap mengasihi dan mendoakannya (Injil Matius 5:44).

Remaja yang dikasihi Allah adalah remaja yang selalu mengasihi Allah dan selalu menerapkan nilai-nilai Kristen dalam hidup sehari-hari, apabila nilai tersebut diterapkan maka kehidupan dengan sesama juga akan mengalami kedamaian dan kesejahteraan.

2. Remaja mengalami pertumbuhan menjadi bertambah besar

Setiap manusia akan selalu bertambah besar, dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa. Secara fisik, sosial, dan emosi akan mengalami perubahan yang mengarah pada peningkatan. Demikian pula Yesus dari bayi yang lahir dikandang domba hingga menginjak remaja sampai dewasa. Hal ini menunjukkan setiap manusia mengalami perubahan. Bertambah besar yang dimaksud di sini bukan sekadar fisiknya melainkan mental dan spritual juga mengalami peningkatan atau bertambah.

Selain bertambah besar, Yesus juga bertambah hikmat-Nya. Dalam kitab Amsal 9:10 ditulis bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan. Kata hikmat berasal dari kata Sophia (Yunani) yang berarti kebijaksanaan. Pengertian ini mengarah pada suatu sikap hidup atau perbuatan. Salah satu tokoh dari Perjanjian Lama yang sangat terkenal dengan hikmatnya adalah Raja Salomo, ketika Raja Salomo diperhadapkan dengan 2 ibu yang berebut anak. (1 Raja-Raja 3:16-28). Sedangkan dalam Kitab Perjanjian Baru Tuhan Yesus selalu bertambah hikmatnya (Lukas 2:52). Setiap perkataan dan perbuatan Yesus selalu penuh hikmat.

Demikian pula remaja Kristen, hendaknya sikap hidup dan perbuatan semakin hari semakin bertambah-tambah hikmatnya dengan memohon pertolongan Roh Kudus supaya setiap orang dimampukan untuk memiliki hikmat yang dari Tuhan, sehingga karakteristik remaja kristiani akan nampak dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.