Adven dan Prapaskah Ajaran Katolik (Perbedaan dan Persamaan)

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan perbedaan dan persamaan adven dan prapaskah dalam ajaran agama Katolik. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang perbedaan dan persamaan adven dan prapaskah dalam ajaran agama Katolik. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami perbedaan dan persamaan adven dan prapaskah dalam ajaran agama Katolik.

 Adven dan Prapaskah Ajaran Katolik (Perbedaan dan Persamaan)

Adven dan Prapaskah

Masa Adven dan Prapaskah menggunakan warna liturgi yang sama yaitu ungu. Mengapa dalam masa Prapaskah dilakukan puasa dan pantang sedangkan pada masa Adven tidak? mengapa masa Adven hanya empat minggu sedangkan masa Prapaskah 40 hari?

Pertama, warna ungu berarti pertobatan. Secara tradisional, Gereja selalu mendahului hari-hari pesta agung dengan hari-hari pertobatan. Jadi, memang ada persamaan antara masa Adven dan masa Prapaskah, yaitu sebagai masa pertobatan. Direktorium tentang kesalahan Umat Liturgi (2002) menyatakan bahwa Adven adalah masa pertobatan yang sering dimunculkan oleh liturgi masa ini dengan mengutip para nabi, khususnya Yohanes Pembatis, "Bertobatlah kerajaan surga sudah dekat" (Mat 3:20). Pertobatan di sini diartikan penyesalan atas dosa, pertobatan hati dan pertobatan perilaku dilakukan sebagai persiapan untuk merayakan pesta-pesta besar. Lewat pertobatan, termasuk sakramen Rekonsiliasi, kita mempersiapkan palungan hati kita untuk menerima kelahiran Yesus sekali di dalam diri kita.

Kedua, ada juga perbedaan antara masa Adven tidak sekekat pertobatan Prapaskah, karena masa Adven juga adalah "suatu masa penantian yang saleh dan penuh sukacita" (Pedoman Umum Tahun Liturgi dan Penaggalan Liturgi, 1969). Sukacita ini mengalir dari kenyataan bahwa Penyelamatan yang dinanti-nantikan itu telah datang sepenuhnya dalam diri Yesus dari Nazaret. Hadirnya sukacita dinampakkan pada minggu Adven ketiga yang disebut Minggun Gaudete atau "bersukacitalah", yaitu dalam dalam warna liturgi yang boleh diganti dengan warna merah muda. Hadirnya suka cita inilah yang menyebabkan bahwa pada masa Adven tidak dilakukan ulah pertobatan seperti puasa dan pantang. Jadi, semanagat dasar Adven ialah sikap siap siaga menanti dengan gembira, optimis dalam pengharapan disertai dengan sikap tobat untuk menyambut kedatangan Tuhan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan  "Dengan merayakan kelahiran dan mati syhid Sang Perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: 'Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil'' (Yoh 3:30; KGK 524).

Ketiga, masa Adven dimulai empat hari Minggu sebelum Natal. Panjangnya masa Adven tidak sama, karena tergantung jumblah hari biasa terkait dengan kapan jatuhnya hari Natal. Tradisi Adven mulai dirayakan di Spanyol dan Prancis sekitar akhir abad IV, dan di Roma sekitar tahun 550-an. Pada awalnya masa Adven berlangsung lebih lama, yaitu enam hari Minggu, tetapi kemudian dipersingkat oleh Paus Gergoris Agung (591-604) menjadi empat hari Minggu seperti sekarang. Masa Adven hendak dibedakan dari masa Prapaskah karena unsur sukacita dan pengharapan dari penantian Adven, berjaga-jaga dengan penuh kegembiraan dan pengharapan.

Namun demikian, Gereja-gereja Ortodoks Timur masih merayakan masa Adven sama seperti masa Prapaskah, yaitu selama 40 hari dengan semangat tobat, meskipun pertobatan yang dituntut tidak sekeras masa sebagai masa pertobatan dan selalu memulai tanggal 15 November, sesudah pesta Santo Filipus, Rasul.

Lamanya Masa Adven


Mengapa masa Adven berlangsung selama 4 minggu dan 40 hari seperti masa Prapaskah?

Pada awalnya, masa Adven berlangsung lebih lama, yaitu enam hari minggu, sehingga lamannya sekitar 40 hari, Paus Gregorius Agung (591-604) mengubah masa Adven menjadi lebih singkat yaitu 4 hari Minggu seperti sekarang. Suasana pertobatan masa Adven juga dibedakan dari suasana Prapaskah karena pada masa Adven ada sukacitadan pengharapan menantikan kedatangan Mesias.

Baik diketahui bahwa Gereja-gereja Ortodoks Timur masih merayakan masa Adven selama 40 hari, yaitu selalu dimulai pada tanggal 15 November dan menekan semangat pertobatan seperti halnya masa Prapaskah, meskipun tidak sekeras masa Prapaskah.

Lilin dan Lingkaran Adven

Selama masa Adven, di altar diletakkan empat lilin, apakah maksudnya? Apakah harus lingkaran? Bolehkah simbol ini dibuat juga di rumah?Kalau diadakan di rumah, kapan harus dinyalakan?

Pertama, simbol yang dirujuk itu disebut lingkaran adven, yang mempunyai empat lilin. Praktek membuat lingkaran Adven ini berasal dari Jerman yang kemudian berkembang dan di lakukan di dalam gereja di banyak daerah. Berbagai makna kemudian diletakkan pada simbol-simbol yang di gunakan dalam lingkaran Adven itu.

Empat lilin itu melambangkan keempat minggu dalam masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal. Tiga lilin berwarna ungu, yang menyimbolkan pertobatan dan penantian. Sedangkan lilin minggu ketiga Adven berwarna merah muda, yang menyimbolkan sukacita. Minggu ketiga Adven yang disebut minggu "Gaudete" atau minggu "Bersukacitalah" mengajak umat untuk bersukacita karena kedatangan Sang penyelamat semakin dekat. Lilin dalam lingkaran Adven ini dinyalakan mulai minggu Adven pertama. Setiap minggu Adven pertama. Setiap minggu satu lilin, sehingga banyaknya lilin yang bernyala menjadi tanda progresif bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin mendekat. Hal ini mendekatkan kita untuk menyediakan palungan dalam hati kita agar Kristus bisa dilahirkan kembali dalam diri kita. Maka lingkaran Adven menjadi bagian persiapan rohani menyebut kedatangan Sang Mesias.

Di beberapa daerah, ditambahkan lilin kelima berwarna putih ang lebih besar dan diletakkan di tengah lingkaran. Lilin putih ini melambangkan Kristus yang adalah "Terang yang telah datang ke dalam dunia" (Yoh 3:19-21). Lilin putih ini dinyalakan pada misa atau kebaktian Malam Natal sebagai lambang bahwa masa penantian telah berakhir karena Sang Juru Selamat telah lahir. Simbolis liannya karanya juga perlu dimengerti. Digunakan lingkaran dan bukan bentuk lain, karena lingkaran dimaknai sebagai simbol dari Allah yang abadi yang tidak mempunyai awal dan akhir. Lingkaran ini dibungkus dengan daun-daunan hijau (pakis, pinus, salam), karena hijau melambangkan hidup. Kristus adalah Sang Raja Hidup itu sendiri. Dia telah wafat, tetapi hidup kembali dan tetap hidup.

Kedua, pada abad XVI, lingkaran Adven juga dipasang dalam rumah-rumah keluarga kristiani. karena maknannya, alangkah baiknya jika setiap keluarga memasang lingkaran Adven. Lingkaran ini bisa digantung atau diletakkan di atas meja. Biasanya diletakkan di tempat yang mudah dilihat oelh seluruh anggota keluarga. Misalnya di ruang makan atau ruang keluarga. Lingkaran Adven ikut menyemarakkan suasana dan membangkitkan semanagat persiapan menyambut kelahiran Yesus dan kedatangan Kristus yang kedua pada akhir jaman.

Lilin Adven bisa dinyalakan pada waktu keluarga makan bersama atau pada waktu doa pagi atau malam. Doa bersama pada masa Adven ini bisa mengigaktkan semua anggota keluarga akan kehadiran Kristus dalam keluarga, dalam Gereja sekaligus menjadi antisipasi kedatangan kedua Kristus. Sepanjang tahun, kita menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan dengan menghayati misteri Kristus dimasa kini. Lingkaran Adven mengigatkan kita akan perlunya persiapan jiwa menyambut perayaan kelahiran Tuhan.