Kumpulan 4+ Sikap Kekristenan dalam Hukum Kasih

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan sikap kekristenan dalam hukum kasih. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang sikap kekristenan dalam hukum kasih. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami sikap kekristenan dalam hukum kasih.

Kumpulan 4+ Sikap Kekristenan dalam Hukum Kasih

Pengertian Hukum Kasih

Hukum kasih adalah inti ajaran Yesus Kristus yang terdapat dalam Injil Matius 22:37-40, Markus 12:28-34, dan Lukas 10:25-28. Hukum ini diungkapkan oleh Yesus ketika ada orang-orang Farisi yang ingin mencobai Yesus dan menanyakan "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum taurat?" (Matius 22:36).

"Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Ajaran Tuhan Yesus tentang hukum kasih yang ditulis dalam Injil Matius 22:37-40 mengajarkan kepada umat-Nya supaya mengasihi Allah dan mengasihi manusia seperti dirinya sendiri. Dalam hukum kasih tersebut dapat diwujudkan dalam kehidupan dan sikap kekristenan, yaitu sebagai berikut.

Mengasihi Tuhan dengan Segenap Hati, Jiwa, dan Akal Budi


Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwan dan akal budi merupakan isi dari hukum kasih pertama (Matius 22:37) maksud dari ayat ini adalah bahwa setiap orang yang percaya pada Tuhan Yesus harus menunjukkan sikap tersebut dengan perbuatan, tidak hanya dengan kata-kata. Tetapi totalitas kehidupan.

Menghargai Orang Lain

Menghargai orang lain sama dengan menghargai diri sendiri. Contoh menghargai orang lain yang Tuhan Yesus ajarkan adalah Yesus tidak membeda-bedakan orang, misalnya percakapan Yesus dengan perempuan Samaria (Yohanes 4:1-42), Yesus diurapi oleh perempuan berdosa (Lukas 7:36-50).

Selalu Berpikiran yang Positif

Kecenderungan seseorang selalu berpikir yang negatif, namun Tuhan menghendaki supaya kita selalu berpikir positif dalam setiap menghadapi suatu masalah. Yesus memberikan contoh berpikir positif. Dalam Kitab Yohanes 6:5-11. Yesus dengan optimis bahwa lima roti dan dua ikan akan dapat dibagikan untuk lima ribu orang. 

Dengan berpikir positif maka lima roti dan dua ikan tersebut diberkati oleh Tuhan Yesus, demikian pula remaja yang mengidolakan Yesus harus selalu berpikir positif ketika menghadapi masalah yang ada. Sebagai orang percaya harus memiliki keyakinan bahwa setiap orang yang diciptakan Tuhan untuk menjadi orang yang berhasil (Mazmur 37:21-26). Cara berpikir positif adalah cara berpikir yang memiliki harapan, cita-cita, dan mengarah ke masa depan.

Bersuka Cita dan Mengucap Syukur

Sukacita dalam Alkitab adalah lebih dari sekadar emosi. Sukacita adalah perasaan bahagia bercampur dengan perasaan diberkati. Dengan perasaan lega ketika seseorang dapat membawa keluh kesahnya ke Bait Allah untuk mendapatkan penyelesaian (Mazmur 43:4). Dalam Alkitab Perjanjian Baru kesukacitaan sangat menonjol pada Injil Lukas 2:10 dan Kisah Para Rasul 13:52, kesukacitaan merupakan "karunia roh yang khas".

Selain sukacita, kita hendaknya selalu mengucap syukur dalam setiap perkara. Rasul Paulus menuliskan kepada Jemaat di Tesalonika supaya selalu mengucap syukur dalam segala hal, karena itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus. (1 Tesalonika 5:18).