Teks Ulasan | Pengertian, Struktur, Ciri-Ciri, Jenis, dan Langkah-Langkah Menyusun dan Meringkas

searchpengertian.com | Selamat datang di search pengertian. Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan seputar materi teks ulasan mulai dari pengertian, struktur, ciri-ciri, jenis-jenis, dan langkah-langkah menyusun dan meringkas teks ulasan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang materi teks ulasan mulai dari pengertian, struktur, ciri-ciri, jenis-jenis, dan langkah-langkah menyusun dan meringkas teks ulasan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam memahami materi teks ulasan mulai dari pengertian, struktur, jenis-jenis, dan langkah-langkah menyusun dan meringkas teks ulasan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Teks Ulasan | Pengertian, Struktur, Ciri-Ciri, Jenis, dan Langkah-Langkah Menyusun dan Meringkas
www.searchpengertian.com

Pengertian Teks Ulasan

Teks Ulasan adalah teks yang dihasilkan dari sebuah analisis terhadap berbagai karya sastra. Analisis tersebut berisi tinjauan terhadap isi karya sastra baik buku, cerpen, novel, film, drama, maupun puisi. Analisis atau tinjauan tersebut bertujuan mengetahui kualitas, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki karya sastra tersebut. Hasil analisis tersebut ditujukan kepada pembaca atau khalayak ramai.

Secara umum teks ulasan memiliki tujuan komunikatif. Tujuan Komunikatif teks ulasan yaitu melakukan kritik terhadap karya sastra untuk pembaca. Kritik teks ulasan dapat berupa tanggapan atau analisis yang berhubungan dengan latar, waktu, tempat, serta karakter yang ada dalam karya sastra. Jadi, kritik terhadap karya sastra tersebut berkaitan dengan unsur intrinsik dalam karya sastra.

Struktur Teks Ulasan

Struktur teks ulasan terdiri atas orientasi (orientation), tafsiran (interpretative), evaluasi (evaluation), dan rangkuman (evaluative summation).
Orientasi berisi gambaran umum karya sastra yang akan diulas. Gambaran umum karya sastra tersebut dapat berupa identitas dan gambaran umum karya sastra.
Tafsiran berisi pandangan mengenai karya sastra yang diulas. Bagian ini dilakukan setelah mengevaluasi karya sastra tersebut. Pada bagian ini penulis biasanya membandingkan karya sastra tersebut dengan karya lain yang mirip. Penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya sastra yang diulas.
Evaluasi penulis mengevaluasi karya sastra, penampilan, dan produksi. Bagian evaluasi juga berisi gambaran secara detail suatu karya sastra yang diulas. Gambaran tersebut bisa berupa bagian, ciri-ciri, dan kualitas karya tersebut.
Rangkuman, penulis memberikan ulasan akhir yang berisi simpulan karya tersebut

Ciri Kebahasaan Teks Ulasan

Teks ulasan secara umum memiliki ciri kebahasaan sebagai berikut.
1. Menggunakan Kata Sifat
Kata sifat dalam teks ulasan menunjukkan kelebihan dan kekurangan karya sastra. Kata sifat sering digunakan  dalam teks ulasan. Kata sifat tersebut digunakan untuk mengungkapkan kelebihan dan kekurangan karya sastra. Kata sifat yang sering digunakan yaitu bagus, baik, mudah, sulit, jelas, dan jelek.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut!
a. Pesan novel Laskar Pelangi mudah dipahami oleh pembaca. (kelebihan)
b. Jalan cerita novel terjemahan sulit dimengerti oleh pembaca pemula. (kekurangan)
2. Menggunakan Kalimat Majemuk
Sebagian besar teks ulasan berisi pandangan subjektif dari penulis. Penulis memiliki kebebasan untuk mengungkapkan pendapat. Pilihan kata dalam teks ulasan tersebut sesuai selera penulis. Penulis terkadang menggunakan kalimat majemuk baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.
3. Menggunakan Kata Rujukan
Perhatikan kalimat berikut
Novel Laskar Pelangi sangat bermanfaat bagi para remaja, khususnya siswa-siswi. Cerita dalam novel ini mengisahkan perjuangan berat yang dialami oleh tokoh-tokoh Laskar Pelangi untuk bersekolah. 
Kata Laskar Pelangi dan novel ini saling berhubungan. Kata Novel ini merujuk pada kata novel Laskar Pelangi. Keterkaitan dua kata tersebut sangat penting untuk menjaga keutuhan dan kepaduan teks. Rujukan kata merupakan satu kata dan kata lain yang memperlihatkan keterkaitannya. Kata rujukan ditandai dengan penggunaan kata ini, itu, dan disini. Kata ini, itu, dan disini merupakan kata penunjuk.

Jenis-Jenis Teks Ulasan

Teks ulasan memiliki fungsi sosial untuk memberikan analisis terhadap sebuah karya menurut pandangan pengulas (penelaah). Melalui teks ulasan, pembaca dapat memperoleh gambaran mengenai kelebihan dan kekurangan sebuah karya. Dari suatu ulasan, tumbuh keinginan untuk membaca, menyaksikan, atau memiliki produk karya tersebut. Berkaitan dengan isinya, teks ulasan dapat diklasifikasi berdasarkan jenis karya yang diulas sebagai berikut.
  1. Teks ulasan buku berisi penilain mengenai keunggulan dan kelemahan buku. Jika berupa buku nonfiksi, ulasan sebaiknya dilengkapi dengan alasan pendukung berkaitan dengan objek yang dibahas dalam buku sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
  2. Teks ulasan film berisi penjelasan mengenai keunggulan dan kelemahan film disertai alasan mendukung yang berkaitan dengan bidang perfilman.
  3. Teks ulasan musik berisi pendapat pengulas mengenai keunggulan dan kelemahan musik disertai alasan pendukung dalam hal musik.
  4. Teks ulasan cerpen berisi penilaian pengulas mengenai keunggulan dan kelemahan cerpen disertai alasan pendukung yang berkaitan dengan penciptaan karya sastra cerpen.
  5. Teks ulasan novel, berisi penjelasan pengulas mengenai keunggulan dan kelemahan novel yang didukung dengan alasan berkaitan dengan proses penulisan novel.
  6.  Teks ulasan puisi berisi penilaian puisi berupa keunggulan dan kelemahan disertai alasan pendukung yang berkaitan dengan pembuatan puisi.
  7. Teks ulasan teater berisi penilaian tentang keunggulan dan kelemahan pertunjukkan teater yang disertai alasan pendukung berkaitan dengan penciptaan hingga pementasan teater.

Langkah-Langkah Menyusun Teks Ulasan

Inti dari teks ulasan sebenarnya terletak pada kemampuan pengulas dalam menemukan keunggulan dan kelemahan karya sastra yang diulas. Keunggulan dan kelemahan yang diungkapkan perlu disertai dengan alasan dan bukti yang meyakinkan sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada pembaca. Agar lebih mudah dalam menyusun teks ulasan, ikuti langkah-langkah berikut.
  1. Tentukan jenis karya sastra, seperti cerpen, novel, atau puisi yang akan diulas. Carilah sebuah karya yang paling disukai untuk memudahkan kalian memahami karya tersebut.
  2. Bacalah karya tersebut berulang-ulang hingga kalian dapat memahami dan merasakan keindahannya. Amati dan cermati bagian-bagian penting dalam karya tersebut.
  3. Tuliskan garis besar bagian-bagian penting dalam karya sastra tersebut pada selembar kertas.
  4. Buatlah kerangka teks ulasan berdasarkan bagian-bagian struktur teks yang telah kalian ketahui.
  5. Kembangkan garis besar bagian-bagian penting tersebut ke dalam beberapa kalimat hingga terbentuk menjadi paragraf.
  6. Tuliskan pendapat kalian tentang karya tersebut. Pendapat boleh bebas, tetapi netral. Tuliskan kelebihan dan kelemahan karya tersebut secara berimbang.
  7. Jangan lupa cantumkan identitas karya sastra yang diulas. Bagian tersebut boleh kalian letakkan di awal atau di akhir ulasan.

Langkah-Langkah Meringkas Teks Ulasan

Di bawah ini adalah langkah-langkah dalam meringkas teks ulasan. Adapun beberapa langkah-langkah dalam meringkas teks ulasan adalah sebagai berikut. 
  1. Membuat bacaan dengan saksama hingga dua atau tiga kali, membaca naskah asli bertujuan untuk mengetahui kesan umum tentang teks ulasan tersebut. Pemahaman terhadap teks ulasan ini harus dilakukan secara menyeluruh. Peringkas harus mengetahui maksud serta sudut pandang penulis. Peringkas dapat memahami isi dan menangkap makna sebenarnya. Membaca naskah asli tidak hanya sekali atau dua kali. Kegiatan membaca dapat dilakukan berulang-ulang. Kegiatan membaca bertujuan agar ringkasan yang kamu buat, isinya tidak jauh beda naskah aslinya.
  2. Membaca perintah atau petunjuk dengan teliti, membaca perintah atau petunjuk pengerjaan harus dilakukan dengan teliti. Kegiatan membaca tersebut bertujuan mengetahui tugas yang harus dikerjakan dan menghindari pelebaran pembahasan. Jadi, ringkasan yang kamu buat harus sesuai dengan petunjuk pengerjaan.
  3. Membaca sekali lagi teks ulasan untuk mendapatkan gagasan utama, jika sudah memahami seluruh isi teks ulasan, sekarang kamu harus memperdalam lagi. Langkah yang harus kamu kerjakan yaitu membaca kembali teks ulasan tersebut. Jangan lupa mencatat gagasan utamanya. Bacalah teks ulasan tersebut bagian demi bagian. Sambil membaca, catatlah gagasan utama tiap-tiap paragraf. Pencatatan gagasan utama tersebut bertujuan sebagai berikut. Memudahkan pada waktu kamu meneliti pokok-pokok yang dicatat penting atau tidak. Sebagai dasar pengolahan selanjutnya. Pencatatan gagasan utama juga berdasarkan urutan paragraf. Jika perlu gagasan bawahan, paragraf yang betul-betul penting untuk memperjelas gagasan utama juga perlu dicatat. Dalam bagian ini, tidak semua paragraf harus dicantumkan. Ada beberapa paragraf yang dapat dihilangkan. Paragraf ini sifatnya hanya sebagai ilustrasi untuk menjelaskan kalimat dalam kalimat sebelumnya. Ini bisa terjadi karena ada paragraf yang kedudukannya lebih penting dari paragraf sesudah atau sebelumnya. Jadi, gagasan utama dibentuk dari paragraf utama atau yang penting tadi.
  4. Menyusun ringkasan sementara menggunakan bahasa sendiri, kamu dapat membuat ringkasan dengan menggunakan catatan-catatan yang telah dibuat. Catatan tersebut tentunya sesuai urutan dalam teks ulasan asli. Kamu harus memperhatikan kalimat baru yang kamu susun. Kamu juga harus memperhatikan cara merangkaikan semua gagasan dalam satu teks ulasan. Isi wacana tersebut harus dapat diterima akal sehat sekaligus menggambarkan kembali isi bacaan aslinya. Kamu dapat mengecek teks ulasan asli teks ulasan tersebut. Kalimat asli teks ulasan tersebut sebenarnya boleh digunakan jika dianggap penting.
  5. Membaca kembali ringkasan sementara untuk cek perbaikan, kegiatan membaca kembali bertujuan meneliti kesalahan dalam ringkasan. Jika masih terdapat kesalahan, segera diperbaiki.
  6. Menghitung jumlah kata dalam ringkasan sementara, kegiatan menghitung jumlah kata dilakukan jika ringkasan sementara telah ditentukan jumlah katanya. Jika tidak ditentukan, kamu bebas menggunakan banyak kata. Namun, biasanya perintah untuk membuat ringkasan ditentukan pula panjang ringkasan akhir. Ada perintah untuk meringkas sebuah teks ulasan menjadi 200 kata. Kamu membuat ringkasan tersebut menjadi 100 kata. Berarti hasil ringkasanmu kurang baik. Dengan membuat ringkasan 100 kata berarti kamu telah menghilangkan setengah gagasan dari bacaan tersebut.Jika ingin menjadi peringkas yang baik, lakukan perintah dengan baik. Apabila diminta membuat ringkasan seratus kata dari karangan asli, kamu harus melakukannya.
  7. Menulis ringkasan jadi dan mencantumkan jumlah katanya pada akhir ringkasan, ringkasan jadi kamu dapat buat setelah menulis ringkasan sementara. Akhir ringkasan mencantumkan jumlah kata.

Contoh Teks Ulasan

Di bawah ini adalah contoh ulasan buku 'Seuntai Kalung Emas' yang dikarang oleh Sardono Syarif  yang di terbitkan tahun 2011oleh Cipta Prima Nusantara Semarang dan tebal buku 100 halaman. Adapun hasil ulasan teks tersebut adalah sebagai berikut.

Judul buku : Seuntai Kalung Emas
Pengarang : Sardono Syarif
Tahun terbit : 2011
Penerbit : Cipta Prima Nusantara Semarang
Tebal : 100 halaman

Di tengah merosotnya moral dan memudarnya karakter bangsa seperti saat ini, buku cerita anak sangat dibutuhkan kehadirannya sebagai sarana pendidikan karakter. Banyak kandungan nilai kehidupan yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan. Secara langsung, buku cerita anak memang tidak sekaligus mampu melakukan sebuah perubahan. Namun, secara tidak langsung, buku cerita menghadirkan kisah-kisah yang menyentuh dan mengharukan sehingga mampu memberikan pencerahan dan asupan rohaniah kepada pembaca, khususnya anak-anak. Ini artinya, kehadiran buku cerita dapat memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam membangun karakter anak.

Melalui cerita "Seuntai Kalung Emas" yang sekaligus menjadi judul buku ini, misalnya, seorang anak dapat memperoleh pengalaman berharga, yaitu tidak sepantasnya seorang anak membiasakan diri memamerkan kemewahan dengan menggunakan kalung emas di tempat keramaian karena dapat membahayakan dan menimbulkan malapetaka bagi yang mengenakannya secara berlebihan. Hal tersebut terbukti pada dialog Pak Gito yang merupakan guru Wati, pencerita yang kehilangan kalung, saat menasihati murid-murid. Demikian juga ketika membaca cerita "Gara-Gara Sinetron". Pembaca, khususnya anak-anak akan tersadarkan nuraninya betapa tidak ada untungnya ketika mereka teracuni oleh kisah-kisah sinetron di layar kaca, apalagi kalau harus melalaikan rutinitas belajar. Berdasarkan nilai dan pesan yang terkandung dalam cerita tersebut, anak-anak yang sudah kecanduan sinetron secara perlahan-lahan akan mengurangi kebiasaan buruknya itu. Jangan sampai mengalami nasib seperti Laila yang pintar dan cerdas, tetapi harus menerima rapor dengan dua nilai merah dan kelalaiannya.

Masih banyak peristiwa dan kisah menarik yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan bagi pembaca dalam buku cerita ini. Adapun cerita-cerita yang disuguhkan dalam buku ini, yaitu "Jera", "Saat Liburan Panjang Tiba", "Di Bawah Jemari Hujan", "Ketulusan Hati Lia", "Dompet Sakti Papa", "Gigi Ompong Kakek Odong", "Bapakku Seorang Pahlawan", "Masih Ada Jalan", "Uluran Tangan", "Bunga-Bunga di Halaman Rumah", "Pelajaran bagi Si Kikir",  dan "Upah Si Raja Jangkrik". Bagaikan layar hidup, buku ini menyajikan beragam peristiwa keseharian khas anak-anak yang mampu memberikan kekayaan batin bagi anak.

Sebagai buku cerita anak, buku ini memang belum sepenuhnya terhindar dari kesan menggurui. Alur peristiwa dalam cerita mudah ditebak dengan jalinan konflik yang kurang mengenai. Dialog antartokoh kurang mengalir dan sering kali terjebak pada pengulangan kata sapaan yang cenderung berlebihan. Meskipun demikian, dari sisi muatan isi, kisah-kisah yang tersaji dalam buku ini cukup menghibur melalui sajian bahasa yang jernih dan subtil. Sang penulis mampu menyuguhkan jalinan peristiwa yang sesuai dengan situasi kekinian. Meski sebagian besar latarnya berlangsung di daerah Jawa Tengah, khususnya Pekalongan dan sekitarnya, buku ini sanggup menyajikan berbagai kisah yang bisa dinikmati anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia.

Negeri ini sangat membutuhkan banyak kisah khas anak-anak dengan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal untuk mendekatkan anak pada budaya bangsa seperti yang dikisahkan dalam buku cerita ini. Jangan sampai terjadi, anak-anak yang menjadi masa depan bangsa ini terus dimanjakan oleh kisah-kisah mencanegara yang hanya melambungkan mimpi dan kian menjauhkan dari sentuhan kearifan budaya leluhurnya.