Pengertian Diksi (Pemilihan Kata) dalam Teks Puisi | Bahasa Indonesia Kelas 8 (Revisi)

searchpengertian.com | Selamat datang di situs searchpengertian. Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan materi tentang pengertian diksi (pemilihan kata) dalam teks puisi pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian diksi (pemilihan kata) dalam teks puisi pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami pengertian diksi (pemilihan kata) dalam teks puisi pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi.

Pengertian Diksi (Pemilihan Kata) dalam Teks Puisi | Bahasa Indonesia Kelas 8 (Revisi)
www.searchpengertian.com

A. Pengertian Diksi (Pemilihan Kata)

Puisi memiliki pemilihan kata yang khas, kata-kata dalam puisi tidak sama dengan yang dipakai sehari-hari. Penyair biasanya memilih susunan kata yang indah, enak didengar, dan juga memiliki makna yang mendalam sehingga pembaca atau pendengar dapat menikmati puisi tersebut.

B. Kumpulan Contoh Puisi

Berikut ini adalah beberapa contoh teks puisi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun beberapa contoh teks puisi tersebut adalah sebagai berikut.

Kepada Peminta-Minta
Karya: Chairil Anwar

Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku

Karawang-Bekasi
Karya: Chairil Anwar

Kami yang kini berbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak mendengar deru kami
terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malan sepi
jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu 
Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa kerja belum selesai, belum bisa
memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kamu cuma tulang-tulang berserakan 
tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskanlah jiwa kami

Menjaga bung Karno
Menjaga bung Hatta
Menjaga bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Kawang-Bekasi

Aku
Karya: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku 
Tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari hingga pedih dan perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Diponegoro
Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
sudah itu mati

Maju
bagimu negeri
Menyediakan api.
Punah di atas ditinda
Sungguh pun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
serang Terjang

Kita Berjuang
Karya: Usmar Ismail

Terbangun aku, terloncat duduk
Kulayangkan pandang jauh keliling
Kulihat harilah terang jernilah falak

Kuisap
Legalah dada
Kupijak tanah
Kudengar bisikan
Hatiku rawan
Kita berjuang!
Kita berjuang!

Sebagai dendang menyanyi kalbu
Bangkitlah hasrat damba dan larang
Ingin meda ridlah menyerbu
"Beserta saudara turut berjuang"

Derita Negeriku
Karya: IC- Surabaya

Suara hatiku membisikkan kata
Menyapa puing-puing berserakan
di negeri tercinta

Saudara-saudaraku yang menderita
Di tenda-tenda pengungsian
Banyak yang sakit dan meninggal
Diserang sakit dan kurang pangan

Karena kerusuhan tiada henti
Perang antara saudara sendiri
Ingin kuulurkan tangan
Membantu dengan tulus ikhlas

Teratai
Karya: Sanusi Pane

Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu

Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi laksmi mengenang
Biarpun ia diabagaikan orang 
Semoga kembang gemilang mulia

Teruslah oh teratai bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman

Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau pun turut menjaga zaman

Pahlawan Tak Dikenal
Karya: Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilaman ia datang
Kedua tangannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang tampak wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring 
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

Raden Ajeng Kartini
Karya: Sides Sudiyarto Ds

Bagai lilin menyala dalam gelap semesta
Kau terangi kaum wanita Indonesia
Hingga mampu meraba jalan masa depan
Melawan nasib yang tiada nyata arahnya

Bagai kunang-kunang berkelip dalam kelam
Kau sinari langit kelabu udara beku
Cahaya juangmu membimbing bangsa melangkah maju
Meski jauh jalan berliku penuh batu

Kartini yang agung
Penyuluh kemajuan pendorong kebangkitan
Kuntum bunga pujaan nusantara
Juangmu terpatri dalam sejarah bangsa