Pengertian Resolusi dan Contohnya dalam Struktur Teks Cerpen

Teks Cerpen | Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian resolusi dan contohnya dalam teks cerpen. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian resolusi dan contohnya dalam teks cerpen. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan belajar anak didik dalam memahami pengertian resolusi dan contohnya dalam teks cerpen. Semoga bermanfaat.

Pengertian Resolusi dan Contohnya dalam Struktur Teks Cerpen

Berikut ini adalah penjelasan tentang pengertian resolusi dan contohnya dalam teks cerpen.

Pengertian Resolusi

Resolusi adalah akhir dalam struktur teks cerpen dan merupakan bagian pemecahan masalah atas konflik yang ada dalam cerita. 

Contoh Resolusi

Di bawah ini beberapa contoh paragraf resolusi dalam teks cerpen. 

Contoh Resolusi 1

Orang-orang menyingkir untuk memberi jalan kepada pemuda yang membawa lampu. Di dalam cahaya lampu itu, tampak badan pencuri itu bengkak, robek-robek serta berlumuran darah, keringat, dan tanah. Orang-orang yang berdekatan menelantangkannya. Lampu itu menyinari wajahnya yang menyeringai menakutkan. Semua orang yang melihat mundur selangkah.
"Ya Allah! ini Pak Kromo!" Kesunyian yang berat menyusul seruan yang menggemparkan itu. Kemudian," Ia sudah mati."
Simin dan Paidin menjauh tak tahan. Namun, mereka juga mendengar ratap Mbok Kromo yang sedang menangis dan mencabuti rambutnya yang terurai, dikelilingi laki-laki yang wajahnya penuh belas kasihan. Semua kayu telah dilemparkan jauh-jauh dan semua pisau dan golok disisipkan di belakang. Tetapi mengatasi suara ibunya, Atun menangis," Bapak, Bapak!"
Keesokan harinya, seluruh desa mengantarkan jenazah Pak Kromo ke kuburan.

Contoh Resolusi 2

"Kau tidak usah ikut gundah, Nak," ujarnya ketika ia mengetahui wajahku penuh tanda tanya.
"Aku harus tahu kesulitan Ibu," jawabku perlahan. Ibu menarik nafas panjang.
"Baiklah," akhirnya ibuku memutuskan. "Kau tahu Nak, penginapan kita terletak di dekat stasiun kereta api?"
"Ya, Bu. Tamu-tamu juga kebanyakan dari sana," jawabku.
"Nah. Dalam waktu dekat kita harus berjuang hebat lagi. Kita sekarang mendapat saingan begitu hebat dari losmen dan hotel-hotel baru. Kita ketinggalan karena rumah kita sudah terlampau tua. Susah lagi kita mencari tamu dan mengandalkan pada perusahaan ini."
Tapi karena keuletan Ibu, losmen kita maju dibanding yang lain.

Contoh Resolusi 3

Hari itu kakek sedang ke kota Palembang menemui sahabatnya, seorang pedangang tembakau yang kaya raya. Mereka akan kerja sama mendirikan perusahaan angkutan.
Ayah membongkar ranjang jati yang mereka pakai sejak menikah 10 tahun yang lalu. Aku pun lahir di ranjang itu. Ibu melipat selimut dan kain seprei tanpa rasa masgul, tanpa sakit hati, karena ranjang jati yang bagus itu memang bukan kepunyaan ibu dan ayah.
"Kakek kan baik pada Ibu."
"Semua isi rumah ini baik pada kita, Nak."
"Nenek?"
"Nenekm pun baik."
"Nenek ..., baik. Bu?" desakku.
"Memang baik, Man."
Aku tegang. Di mana pun berada ibuku tidak pernah menjelek-jelekkan mertuanya.

Contoh Resolusi 4

Pagi itu Narti sudah berkemas dan siap untuk pergi. Seperti layaknya seorang anak yang berbakti ia berpamitan dengan ibunya. "Bu, aku mau balik ke Bandung, doakan aku agar selalu dalam lindungan-Nya, agar aku bisa menjalani perintah Tuhan, dan selalu ingat nasehat Ibu," ujar Narti.
"Tentu saja, Nak, Ibu akan selalu mendoakanmu. Tapi sebelum kamu pergi, ada yang Ibu mau tanyakan kepadamu," ujar ibunya.
"Memangnya ada apa, Bu," Narti merasa heran.
"Nak, apakah kamu tidak menyadari, bahwa usiamu semakin bertambah, apakah kamu sudah memikirkan calon pendamping hidupmu? Aku sudah tak sabar ingin mendapatkan cucu darimu, Nak," dengan hati-hati ibunya mengungkapkan keinginan yang selama ini terpendam.

Contoh Resolusi 5

Mereka lantas setuju dengan jalan tengah itu. Mbok Jah menepati janjinya. Waktu Sekaten dan Idul Fitri, dia memang datang. Seluruh keluarga Mulyono senang setiap kali dia datang. Bahkan, Kedono dan Kedini selalu rela ikut menemaninya duduk-duduk menglesat di halaman masjid kraton untuk mendengarkan suara gamelan Sekaten yang hanya bersembunyi tang-tung-tang-tung-grombyang itu. Malah lama kelamaan mereka dapat ikut larut dan menikmati suana Sekaten di amsjid itu.
"Kok suaranya aneh ya, mbok. Tidak seperti gamelan kelenengan biasanya."
"Ya, tidak Gus, Den Rara. Ini gending keramatnya Kanjeng Nabi."
"Lha, ya tidak. Kalau mau mendengarkan dengan nikmat, pejamkan mata kalian. Nanti kalian akan dapat masuk.'
Mereka menurut. Dan betul saja, lama-lama suara gemelan Sekaten itu enak juga didengar.
Selain Sekaten dan Idul Fitri itu, peristiwa menyenangkan dengan kedatangan Mbok Jah ialah oleh-oleh Mbok Jah dari desa. Terutama jadah yang halus, bersih, dan gurih. Kehebatan Mbok Jah menyambal terasi pun juga tak kunjung surut.

Contoh Resolusi 6

Sambil menunggu pembantu baru, Via ikut Bunda ke kantor sepulang sekolah. Mula-mula semua berjalan lancar. Lalu Via mulai sakit-sakitan. Akhirnya ia harus opname. Dokter menduga Via kurang istirahat dan makan kurang teratur. Bunda menangis mendengarnya. Ia merasa bersalah.
Eyang datang menawarkan diri mengasuh Via di Salatiga. Via senang sekali. Ia tidak akan kesepian karena banyak sepupunya yang tinggal tidak jauh dari rumah Eyang. Sebetulnya Bunda keberatan. Namun demi kebaikan Via, Bunda pun rela.
Setiap awal bulan Ayah dan Bunda bergantian ke Salatiga. Biasanya mereka tiba Minggu pagi. Sore harinya mereka sudah kembali ke Bandung, karena besok paginya harus ke kantor. Bunda pun selalu menyempatkan diri mengambil rapor Via atau menemani Via ikut piknik sekolah. Saat ulang tahun Via, Ayah dan Bunda cuti untuk merayakannya bersama.