Pengertian, Ciri-Ciri, Bentuk, dan Contoh Amanat dalam Teks Cerpen

Amanat | Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian, ciri-ciri, bentuk, dan contoh amanat dalam sebuah teks cerpen. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian amanat dalam teks cerpen. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan belajar anak didik di sekolah tentang pengertian amanat dalam teks cerpen. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Pengertian, Ciri-Ciri, Bentuk, dan Contoh Amanat dalam Teks Cerpen

Pengertian Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita. Pesan sebuah cerita mencerminkan pandangan hidup pengarang. Pesan yang ingin disampaikan pengarang disebut pesan moral. Pesan moral tersebut dapat berupa penerapan sikap dan tingkah laku para tokoh yang terdapat pada sebuah cerita. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh tersebut diharapkan dapat menyajikan hikmah.

Jenis pesan moral yang disampaikan dalam cerita bersifat tidak terbatas. Pesan moral dapat mencakup seluruh persoalan hidup. Persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dikategorikan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial, hubungan manusia dengan dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Ciri-Ciri Amanat

Untuk mengetahui amanat yang terdapat dalam sebuah teks cerpen, maka kalian harus mengetahui apa saja ciri-ciri amanat. Adapun ciri-ciri amanat adalah sebagai berikut.
  1. Pesan moral dalam suatu karya biasanya disampaikan pada bagian akhir cerita.
  2. Amanat dapat diketahui secara jelas (eksplisit) dalam bentuk seruan, nasihat, peringatan, saran, anjuran, maupun larangan yang berhubungan dengan tema utama suatu cerita.
  3. Amanat dapat disampaikan secara langsung maupun secara tersirat melalui karakter tokoh atau penokohan dalam suatu cerita.
  4. Pesan moral yang disampaikan oleh pengarang bertujuan agar audiens mau melakukan sesuai dengan amanat di dalam cerita.
Bentuk Amanat

Secara umum, amanat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tersurat dan tersirat. Sedangkan jika amanat dalam cerita bisa juga disampaikan melalui percakapan, ajakan, atau imbauan secara langsung.

1. Amanat Tersurat

Amanat tersurat adalah yaitu pesan moral yang disampaikan secara langsung dan jelas oleh pengarang di dalam karyanya sehingga dapat dengan mudah di mengerti oleh pembaca melalui kalimat deskriptif jika berupa tulisan.

2. Amanat Tersirat

Amanat tersirat yaitu pesan moral yang disampaikan secara tersembunyi (implisit) oleh pengarang dan hanya bisa dimengerti oleh pembaca bila mengikuti alur cerita. Amanat tersirat ini berupa pesan yang bisa diambil dalam cerita, baik secara keseluruhan ataupun pada bagian tertentu.

Contoh Amanat

1. Contoh Amanat Tersurat

Contoh amanat tersurat bisa kita lihat pada beberapa cerpen sederhana tentang pencurian. Misalnya dalam cerpen tersebut dijelaskan bahwa ada seorang ibu yang mengetahui anaknya mencuri buah milik tetangga. Kemudian ibu tersebut langsung menegur anaknya dan berkata 'jangan mencuri, mencuri adalah perbuatan yang dilarang oleh agama.'

2. Contoh Amanat Tersirat

Untuk amanat tersirat memiliki fungsi dan tujuan yang sama, hanya saja bentuknya berbeda. Amanat tersirat ini tidak disampaikan dalam bentuk kalimat langsung di dalam teks cerita. Akan tetapi, amanat tersirat ini berupa pesan yang bisa diambil dalam cerita baik secara keseluruhan ataupun pada bagian tertentu. Jadi, pembaca akan tahu setelah memahami alur cerita tersebut.

Contoh Teks Cerpen
Mbok Jah

Sudah dua tahun, baik pada lebaran maupun Sekaten, Mbok Jah tidak "turun gunung" keluar dari desanya di bilangan Tepus, Gunung Kidul untuk berkunjung ke rumah bekas majikannya, keluarga Mulyono di kota. Meskipun sudah berhenti karena usia tua dan capek menjadi pembantu, Mbok Jah tetap memelihara hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga itu. Dua puluh tahun telah dilewatinya untuk bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga yang sederhana dan sedang-sedang saja kondisi ekonominya. Gaji yang diterimanya tidak pernah tinggi, cukup saja, tetapi perlakuan yang baik dari seluruh keluarga itu telah memberi rasa aman, tenang, dan tenteram.

Buat seorang janda yang sudah terlalu tua untuk itu, apalah yang dikehendaki lagi selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian yang cukup. Lagi pula anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan menurut kabar hidup berkecukupan, tidak mau lagi berhubungan dengannya. Tarikan dan pelukan istri dan anak-anaknya rupanya begitu erat melengket hingga mampu melupakan ibunya sama sekali. Tak apa, hiburnya. Di rumah keluarga Mulyono ini dia merasa mendapat semuanya. Akan tetapi, waktu dia mulai merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya menjadi beban keluarga itu. Dia merasa menjadi buruh tumpangan gratis dan harga dirinya memberontak terhadap keadaan itu. Diputuskannya untuk pulang ke desanya.
Dia masih memiliki warisan sebuah rumah desa yang meskipun sudah tua dan tidak terpelihara akan dapat dijadikannya tempat tinggal di hari tua. Dan juga tegalan barang sepetak dua petak masih ada juga. Pasti semuanya itu dapat diaturnya dengan anak jauhnya di desa. Pasti mereka semuanya dengan senang hati akan menolongnya mempersiapkan semua itu. Orang desa semua tulus hatinya. Tidak seperti kebanyakan orang kota, pikirnya. Sedikit-sedikit duit, putusnya.
Maka dikemukakannya ini kepada majikannya, Majikannya beserta seluruh anggota keluarganya yang hanya terdiri dari suami istri dan dua orang anak protes keras dengan keputusan Mbok Jah. Mbok Jah sudah menjadi bagian yang nyata dan hidup sekali di rumah tangga ini, kata Ndoro Putri. Selain itu, siapa yang akan mendampingi si Kedono dan si Kedini yang sudah beranjak dewasa., desah Ndoro Kakung. "Wah sepi lho, Mbok, kalau tidak ada kamu. Lagi, pula siapa yang dapat bikin sambel terasi yang begitu sedap selain kamu, Mbok " tukas Kedini dan Kedono.
Pokoknya keluarga majikan tidak mau ditinggalkan oleh Mbok Jah. Tetapi, keputusan Mbok Jah sudah mantap. Tidak mau menjadi beban sebagai kuda tua yang tidak berdaya. Hingga jauh malam mereka tawar-menawar. Akhirnya, diputuskan suatu jalan tengah. Mbok Jah akan turun gunung dua kali dalam setahun, yaitu pada waktu Sekaten dan waktu Idul Fitri.
Mereka lantas setuju dengan jalan tengah itu. Mbok Jah menepati janjinya. Waktu Sekaten dan Idul Fitri, dia memang datang. Seluruh keluarga Mulyono senang setiap kali dia datang. Bahkan, Kedono dan Kedini selalu rela ikut menemaninya duduk-duduk menglesat di halaman masjid kraton untuk mendengarkan suara gamelan Sekaten yang hanya bersembunyi tang-tung-tang-tung-grombyang itu. Malah lama kelamaan mereka dapat ikut larut dan menikmati suana Sekaten di amsjid itu.
"Kok suaranya aneh ya, mbok. Tidak seperti gamelan kelenengan biasanya."
"Ya, tidak Gus, Den Rara. Ini gending keramatnya Kanjeng Nabi."
"Lha, ya tidak. Kalau mau mendengarkan dengan nikmat, pejamkan mata kalian. Nanti kalian akan dapat masuk.'

Mereka menurut. Dan betul saja, lama-lama suara gemelan Sekaten itu enak juga didengar.
Selain Sekaten dan Idul Fitri itu, peristiwa menyenangkan dengan kedatangan Mbok Jah ialah oleh-oleh Mbok Jah dari desa. Terutama jadah yang halus, bersih, dan gurih. Kehebatan Mbok Jah menyambal terasi pun juga tak kunjung surut.

Dikutip dari Buku Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia. 
Penerbit:Ganeca