Pengertian dan Tujuan Perayaan Ekaristi - Agama Katolik

searchpengertian.com |  Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan pengertian dan tujuan Perayaan Ekaristi dalam agama Katolik. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian dan tujuan Perayaan Ekaristi dalam agama Katolik. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik khususnya yang beragama Katolik dalam memahami pengertian dan tujuan Perayaan Ekaristi dalam agama Katolik.

Pengertian dan Tujuan Perayaan Ekaristi - Agama Katolik

Pengertian Perayaan Ekaristi

Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis. Baik bagi Gereja universal dan Gereja partikural, maupun bagi setiap orang beriman, Ekaristi merupakan pusat seluruh kehidupan kristen. Sebab dalam perayaan Ekaristi terletak puncak karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus, Putra Allah, dalam Roh Kudus. Kecuali itu, Perayaan Ekaristi merupakan penggenangan misteri penebusan sepanjang tahun. Dengan demikian, bole dikatan misteri penebusan tersebut dihadirkan untuk umat. Segala perayaan ibadat lainnya, juga pekerjaan sehari-hari dalam kehidupan kristen, berkaitan erat dengan perayaan Ekarisiti: Bersumber dari padanya dan tertuju kepadanya.

Tujuan Perayaan Ekaristi

Oleh karena itu, sungguh penting untuk mengatur perayaan Ekaristi atau Perjamuan Tuhan tersebut sedemikian rupa sehingga para pelayan dan unat beriman lainnya, dapat berpartisipasi dalam perayaan itu menurut tugas dan peran masing-masing, serta dapat memetik buah hasil Ekaristi sepenuh-penuhnya. Itulah dikehendaki Kristus ketika menetapkan kurban Ekaristis Tuhan dan Darah-Nya. Dengan maksud itu pula Ia mempercayakan misteri ini kepada Gereja, mempelain-Nya yang tekasih, sebagai kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, hendaknya Ekaristi dirayakan sesuai dengan keadaan umta setempat. Seluruh perayaan hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga umat yang hadir dapat berpartisipasi secara sadar, aktif, dan penuh, yakni berpartisipasi dengan jiwa dan raganya, serta dikorbankan dengan iman, harapan, dan kasih. Itulah diharapkan Gereja dan dituntut oleh hakikat perayaan Ekaristi sendiri. Umat kristen mempunyai hak dan kewajiban untuk beribadat secara demikian pembaptisan mereka.

Kehadiran dan partisipasi aktif umat beriman mengungkapkan dengan lebih jelas bahwa pada hakikatnya perayaan Ekaristi adalah perayaan umat. Namn kadang-kadang umat tidak dapat hadir. Meskipun demikian, perayaan Ekaristi tetap mengandung daya penebusan dan nilai luhur bagi mereka. Sebab Kristus dan Gerejalah yang menyelenggarakan perayaan Ekaristi; di dalamnya imam memenuhi tugas utamanya dan selalu bertindak demi keselamatan umat. Oleh karena itu, dianjurkan agar imam juga merayakan kurban Ekaristi harian, bilana mana mungkin. Seperti halnya dengan semua liturgi, Perayaan Ekaristipun dilaksanakan dengan menggunakan tanda-tanda inderawi. Lewat tanda-tanda itu iman umat diungkapkan, dipupuk, dan diperkuat. Dari sebab itu, sungguh penting untuk memanfaatkan semua unsur dan bentuk perayaan yang disediakan oleh Gereja. Hal itu memungkinkan umat berpartisipasi secara lebih aktif dan memetik manfaat lebih besar bagi kepentingan rohaninya. Semua itu dilaksanakan dengan memperhatikan kekhususan umat dan tempat. Tujuan pedoman ini ialah: memberikan petunjuk umum untuk menata perayaan Ekaristi secara tepat dan menyediakan-pedoman untuk mengatur masing-masing bentuk perayaan.

Perayaan Ekaristi dalam Gereja partikural amatlah penting. Di sini, uskup diosesan, sebagai penyalur utama misteri-misteri Allah dalam Gereja partikural yang dipercayakan kepada reksa pastoralnya, berperan sebagai pengatur, penggerak, dan pemelihara seluruh kehidupan liturgi. Dalam perayaan-perayaan yang dipimpin uskup dengan pasrtisipasi para imam, diakon, serta umat, ditampakkan misteri Gereja. Oleh karena itu, perayaan Misa agung seperti ini harus dijadikan contoh untuk seluruh keuskupan.

Maka, uskup harus berusaha agar para imam, diakon, dan umat beriman kristiani selalu berusaha semakin memahami makna ritus dan teks-teks liturgis. Dengan demikian, mereka dibimbing untuk merayakan Ekaristi secara aktif dan menghasilkan buah. Menyadari maksud ini, uskup hendaknya juga sungguh peduli untuk meningkatkan mutu perayaan-perayaan tersebut. Dalam upaya peningkatan mutu ini, keindahan tata ruang liturgi, musik, dan seni kehandaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Selanjutnya, supaya perayaan seperti itu sungguh-sungguh makin selaras dengan semangat dan ketentuan-ketentuan liturgi kudus, dan agar dampak pastoralnya semakin meningkat, maka sejumlah penyusuaian dan penyerasian disebut secara rinci dalam buku Pedoman Umat Misale Romawi dan Tata Perayaan Ekaristi ini. Untuk sebagai besar, persiapan-persiapan itu terbatas pada pemilih ritus atau teks, yakni pemilihan nyayian, bacaan, doa, ajakan, dan tata gerak yang lebih sesuai dengan kebutuhan, kesiapan, dan kekhasan jemaat. Pemilihan-pemilihan seperti itu dipercayakan kepada imam yang memimpin perayaan Ekaristi. Namun, imam harus ingat bahwa dia adalah pelayan liturgi kudus, dan bahwa ia sendiri tidak diizinkan menambah, mengurangi, atau mengubah sesuatu dalam perayaan Misa atas kemauannya sendiri.

Di samping itu, sesuai dengan Konstitusi Liturgi (bdk. juga no. 387, 388-393 di bawah), sejumblah penyerasian menjadi wewenang uskup diosesan atau Konferensi Uskup; semua itu ditunjukkan pada tempatnya dalam Misale. Akhirnya, perubahan lain dan penyerarian yang lebih mendalam, yakni yang berkaitan erat dengan tradisi dan kekhasan bangsa dan wilayah tertentu, hendaknya dilaksanakan sesuai dengan maksud KL no. 40. Dalam hal ini, hendaknya dipatuhi juga apa yang digariskan dalam instruksi Liturgi Romawi dan Inkulturasi dan juga 395-399 di bawah.