Tips Menjadi Juru Bicara Allah (Lektor) dan Menata Ruang Liturgis untuk Tuhan

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan tips menjadi juru bicara Allah atau lektor dan bagaimana menata ruang liturgis untuk Tuhan. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang tips menjadi juru bicara Allah atau lektor dan bagaimana menata ruang liturgis untuk Tuhan. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam memahamitips menjadi juru bicara Allah atau lektor dan bagaimana menata ruang liturgis untuk Tuhan.

Tips Menjadi Juru Bicara Allah (Lektor) dan Menata Ruang Liturgis untuk Tuhan

Lektor dan Bacaan Kitab Suci

  • Petugas Liturgi penting dalam suatu perayaan liturgi.
  • Juru bicara Allah (Surat Apostolik John Pul II, Vigesimus Quintus Annus 7
  • Tugasnya sebagai tugas yang sakral karena, melalui mulut Lektor, Allah sendiri bersabda kepada umatNya; dan Kristus sendiri mewartakan Kabar Gembira, sebab Ia hadir dalam sabda  itu. (Sacrosanctum Concilium 7)

Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi

Dalam Liturgi Sabda, sejarah keselamatan yang terekam dalam Kitab Suci diwartakan kembali lewat mulut dan suara (para) pewarta. Dalam Liturgi Ekaristi, sejarah yang sama ditampilkan dalam bentuk lambang sakramental (roti dan anggur). Keduanya merupakan satu tindakan ibadat yang tunggal: 
Kristus bersabda (Lit Ekaristi)

Liturgi Sabda

Bacaan-bacaan dari Alkitab dan nyayian-nyayian tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda, sedangkan homili, syahadat, dan doa umat memperdalam liturgi sabda dalam bacaan, yang diuraikan dalam homili, Allah sendiri bersabda kepada umatNya. Disitu Allah menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani.

Lewat sabdaNya, Kristus sendiri hadir di tengah-tengah umat beriman. Sabda  Allah itu diresapkan oleh umat dalam keheningan dan nyayian, dan diimani dalam syahadat. setelah dikuatkan dengan sabda, umat memanjatkan permohonan-permohonan dalam doa umat untuk keperluan seluruh Gereja dan keselamatan seluruh dunia.

Dalam bacaan-bacaan dari Alkitab, sabda Allah dihidangkan kepada umat beriman, dan khazanah harta Allkitab dibuka bagi mereka. Maka, kaidah penataan bacaan Allkitab hendaknya dipatuhi, agar tampak jelas kesatuan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan sejarah keselamatan. Tidak diizinkan menganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab.

Menurut tradisi, pembacaan itu bukanlah tugas pemimpin perayaan, melainkan tugas pelayan yang terkait. Oleh karena itu, bacaan-bacaan hendaknya dibawkan oleh lektor, sedangkan Injil dimaklumkan oleh diakon atau iman lain yang tidak memimpin perayaan. Akan tetapi, kalau tidak ada diakon atau iman lain, amak Injil dimaklumkan oleh imam selebran sendiri. Juga kalau lektor juga tidak hadir, bacaan-bacaan sebelum Injil pun dapat dibawakan oleh imam selebran sendiri.

Ketentuan Tentang Lektor (Menurut PUMR)

Dalam perarakan menuju altar, bila tidak ada diakon, lektor dapat membawa Kitab Injil (Evangeliarium) yang sedikit diangkat. Dalam hal seperti ini, lektor berjalan di depan imam; kalau tidak membawa Kitab Injil, ia berjalan bersama pelayan lain.

Sesampai di depan altar, lektor membungkuk khidmat bersama para pelayanan yang lain. Seorang lektoryang membawa Kitab Injil langsung menuju altar dan meletakkan Kitab Injil di atasnya. Lalu ia pergi ke tempat duduknya di pantai imam bersama para pelayan lain.

Sesudah doa pembuka (kolekta), semua duduk, iman dapat menyampaikan pengantar amat singkat agar umat mendengarkan sabda Tuhan dengan baik. kemudian lektor pergi ke mimbar dan mewartakan bacaan pertama dari Buku Bacaan Misa yang sudah tersedia disana sejak sebelum misa. Umat mendengarkannya. Sesudah bacaan, lektor berseruh: Demikianlah sabda Tuhan, dan umat menjawab dengan seruan: Syukur kepada Allah.

Sesudah bacaan, pemazmur atau lektor sendiri membawakan ayat-ayat mazmur tanggapan. Umat menanggapi dengan menyeruhkan/melagukan ulangan. Lektor memaklumkan bacaan-bacaan sebelum Injil dari mimbar. Kalau tidak ada pemazmur, lektor boleg juga membawakan mazmur tanggapan sesudah saat hening yang menyusul bacaan pertama.

Kalau sebelum Injil masih ada bacaan kedua, lektor mewartakannya dan, sesudah bacaan, memberi tanggapan dengan seruan. Kalau tidak ada diakon, letor boleh membawakan wujud-wujud doa umat, sesudah imam membukannya.

Ketentuan Mimbar (Menurut PUMR)

Keagungan sabda Allah menuntut agar dalam gereja ada tempat yang serasi untuk pewartaan sabda, yang dengan sendirinya menjadi pusat perhatian umat selama Liturgi Sabda. Sebaiknya tempat pewartaan sabda itu berupa mimbar (ambo) yang tetap, bukannya' standar' yang dapat dipindah-pindahkan. Sesuai dengan bentuk dan ruang gereja masing-masing, hendaknya mimbar itu ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pembaca dapat dilihat dan didengar dengan mudah oleh umat.

Menata Ruang Liturgis untuk Tuhan


Perluhkah Membangun Gedung Gereja?

Yesus memang mendirian Gereja, namun dalam pengertian umat kristiani. Di antara umatNya itulah Allah akan tinggal" "di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, Aku akan hadir ditengah mereka" (Mat 18:20). Umat kritiani perlu berhimpun agar bisa beribadat sebagai jemaat, agar bisa memuliakan Allah "Dalam Roh dan kebenaran" (Yoh 4:21). Maka, diperlukanlah suatu tempat atau ruang khusus untuk menampung dan memungkinkan digelarnya perayaan iman mereka. Namun, perayaan liturgis tidak hanya bisa dilakukan dalam gedung gereja; bisa dimana pun, tak harus " di gunung atau di Yerusalem" (Yoh 4:21).

Syarat Tempatnya?

PUMR 288: Untuk merayakan Ekaristi, umat Allah biasanya berhimpun dalam gereja. Kalau tidak ada gereja, atau kalau gereja tidak memadai, mereka berhimpun disuatu tempat lain yang pantas untuk misteri yang seagung itu. Maka dari itu, hendaknya ruang Gereja atau tempat lain itu: sungguh-sungguh sesuai untuk perayaan kudus yang dilangsungkan di dalamnya, sungguh-sungguh memungkinkan partisipasi umat beriman dalam perayaan tersebut, Rumah ibadat dan segala perlengkapannya hendaknya sungguh pantas, indah, serta merupakan tanda dan lambang alam surgawi.

PUMR 293: Perancangan gereja dan lingkungan sekitarnya hendaknya serasi dengan situasi setempat dan sesuai pula dengan tuntutan zaman. Maka dari itu, tidak cukup kalau hanya syarat-syarat minimal untuk perayaan ibadat dipenuhi. Hendaknya juga di usahakan agar umat beriman, yang secara teratur berhimpun disitu, meras nyaman.

PUMR 289: Gereja selalu mengharapkan sumbangan para seniman dan memberikan keleluasan kepada kesenian segala bangsa serta daerah. Memang, Gereja berusaha memelihara karya seni dari abad-abad yang lalu dan menyesuaikan seperlunya dengan tuntutan zaman, namun ia berusaha juga memajukan bentuk-bentuk  baru yang serasi dengan semangat zamannya.

Oleh karena itu, dalam mendidik para seniman dan dalam memilih karya-karya seni untuk gereja, hendaknnya dituntut yang sungguh bermutu. sebab seni itu harus membantu memperdalam iman dan kesucian, harus selaras dengan kebenaran yang mau diungkapkan dan memcapai tujuan yang dimaksud.