Tetap Bersyukur dalam Situasi Sulit dan Makna Bersyukur Bukan Sekadar Pasrah

searchpengertian.com | Selamat datang di searchpengertian. Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan tentang tetap bersyukur dalam situasi sulit dan makna bersyukur bukan sekadar pasrah. Dan semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami tetap bersyukur dalam situasi sulit dan makna bersyukur bukan sekadar pasrah. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Tetap Bersyukur dalam Situasi Sulit dan Makna Bersyukur Bukan Sekadar Pasrah
www.searchpengertian.com

A. Tetap Bersyukur dalam Situasi Sulit

Dalam surat ke jemaat di Roma, Rasul Paulus menuliskan begini: “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5: 3-4) Rasul Paulus mengajak kita untuk melihat jauh ke depan, bukan terpaku pada apa yang menjadi kesulitan kita. Ketika kita menyadari bahwa Tuhan hadir dalam segala situasi, tetap memegang tangan kita dengan teguh, dan membisikkan cinta kasih-Nya serta menyirami kita dengan damai sejahtera-Nya, maka kita harus bersyukur bahwa kita ada dalam lindungan-Nya.

Satu kesalahan yang sering dilakukan oleh orang percaya adalah memiliki keyakinan bahwa bila Tuhan membimbing kita, maka kita tidak akan mendapatkan kesulitan dan semua yang kita inginkan dapat tercapai dengan mudah. Apakah kamu mengerti bahwa keyakinan ini dianggap salah? Perhatikan hal-hal ini.
  1. Bahwa kita tidak akan mendapatkan kesulitan. Benarkah bahwa kita tidak akan mendapatkan kesulitan ketika kita hidup di dunia ini? Bila demikian halnya, tidak ada yang mau meninggalkan dunia, karena sudah menjadi tempat yang nyaman dan aman. Untuk apa ada surga bila dunia sudah begitu enaknya ditempati? Justru karena hidup di dunia penuh dengan kesulitan dan kesengsaraan, kita berharap pada tempat yang lebih baik, yaitu surga, seperti yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yohanes 14: 2) Tentu Tuhan Yesus bersungguh-sungguh, tidak main-main ketika menyatakan bahwa di rumah Bapa-Nya, ada tempat tinggal untuk kita yang menjadi anak-anak Allah. Surga, rumah Bapa, hendaknya menjadi tempat yang kita inginkan bila kita meninggalkan dunia ini. Sungguh bodoh orang yang mau selamanya tinggal di dunia karena sudah merasa senang di dunia. Bagi orang percaya, hidup di dunia adalah hidup yang sementara karena di surga lah ada kehidupan kekal, artinya kehidupan untuk selama-lamanya.
  2. Bahwa apa yang kita inginkan dapat kita peroleh. Apa jadinya bila SEMUA yang kita inginkan dapat kita peroleh? Padahal manusia memiliki keterbatasan untuk mengetahui semua dampak dari perbuatannya. Kita bisa mendapatkan banyak kesenangan duniawi, bila kita memilih untuk tidak taat kepada Tuhan, dan melanggar apa yang Ia perintahkan. Tetapi kesenangan seperti ini sifatnya hanya sementara, tidak kekal, dan kita harus membayar mahal untuk kesenangan sesaat itu. Misalnya, ketika kita memilih untuk menjadi pecandu narkoba. Memang nikmat sekali, tetapi hanya sesaat, dan setelah itu tubuh kita akan mengalami hal yang tidak enak yang menandakan bahwa sudah saatnya untuk mengkonsumsi narkoba lagi. Demikian seterusnya dengan dosis narkoba yang semakin lama semakin tinggi karena tubuh kita sudah mengalami kecanduan. Kecanduan narkoba menimbukan kerusakan fungsi otak, ginjal, dan sebagainya sehingga pecandu mengalami kematian sebagai akibatnya. Inilah harga yang harus dibayar untuk menjadi pecandu narkoba. Jadi, dengan keterbatasan itu, justru akan sangat berbahaya sekali bila apa pun yang kita inginkan akan kita peroleh.
Jadi, ketika kita bisa bersyukur dalam keadaan yang sulit, kita sudah melakukan apa yang Tuhan minta, sekaligus kita mengakui bahwa Tuhan yang berkuasa atas segalanya, termasuk atas kesengsaraan atau kedukaan yang kita alami. Baru setelah kita mengakui kuasa Tuhan, Ia bekerja untuk menolong kita keluar dari kesulitan itu. Sebaliknya, bila kita terus mengeluh dan menggerutu untuk semua kesulitan yang kita miliki, kita tidak bisa melihat bahwa Tuhan tetap ada dan Ia tetap melihat dengan penuh iba terhadap kita, menunggu kita untuk memalingkan mata, hati, dan pikiran kita kepada-Nya. Tuhan kita adalah lebih besar dari semua masalah yang kita miliki. Apakah kita lebih memilih masalah dan bertahan dengan kekuatiran terhadap masalah atau kita memilih mempercayai Tuhan yang berkuasa melepaskan kita dari masalah?

B. Makna Bersyukur Bukan Sekadar Pasrah

Kalau kamu diminta untuk menyebutkan satu hal yang kamu syukuri pada saat ini, tentu bisa, kan? Mungkin bukan cuma satu, tapi ada beberapa hal yang dapat kamu syukuri. Bila demikian halnya, apakah kamu sungguh-sungguh sudah mengerti mengapa kita harus bersyukur dan hal-hal apa saja yang dapat kita syukuri? Coba kita kaji, apa yang mendorong kita untuk bersyukur.
Kita mengingat apa yang Allah sudah lakukan untuk kita: memberikan orang tua, kesempatan bersekolah, kesehatan, tempat tinggal, teman-teman, dan kesempatan untuk hidup di negara Indonesia yang sangat indah dan subur.

Kita bersyukur untuk karunia Allah yang paling penting, yaitu pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib yang menghapuskan dosa kita dan malah memberikan jaminan keselamatan untuk kehidupan di akhirat nanti.

Kita harus pahami bahwa bagi Tuhan, tidak ada hal yang dilewatkan sia-sia untuk kebaikan kita. Misalnya begini, suatu hari kita mengalami kecelakaan yakni kaki terkilir saat menuruni tangga, kita tidak hati-hati sehingga tergelincir. Bisa saja kita memilih untuk marah-marah, bahkan memaki-maki yang membuat tangga. Namun, bila kita mau jujur, yang salah sebetulnya diri kita sendiri, yaitu tidak hati-hati menapaki tangga turun. Kejadian kaki terkilir ini sudah sepatutnya kita syukuri karena membuat kita bertindak lebih hati-hati di kemudian hari agar tidak mengulangi kecelakaan yang sama. Contoh lainnya begini, Ani lebih suka bermain-main daripada belajar. Walau pun berkali-kali ibunya menyuruh Ani belajar, namun Ani selalu membantah ibunya dengan mengatakan:

” Gampanglah, bu, nanti di kelas juga masih keburu mengerjakan soal-soal mudah itu.” Suatu pagi, Ani terlambat bangun dan ia tiba terlambat di sekolah. Ternyata, ibu guru sudah masuk ke dalam kelas, sedang memeriksa pekerjaan yang ditugaskan sebelumnya kepada para siswa. Saat tiba giliran
Ani, bu guru tidak menemukan satu coretan pun karena memang Ani tidak mengerjakannya. Menurutmu, apa yang akan Ani lakukan? Mengakui bahwa ia tidak membuat tugasnya? Atau ia akan berbohong dengan mengatakan bahwa ia membantu ibunya sehingga tidak sempat mengerjakan tugas? Apa pun juga yang dilakukan Ani, apakah menurutmu Ani akan mengulangi lagi perbuatan tidak mengerjakan tugas? Tentu tidak, bukan?

Jadi, kejadian ini akan membuat Ani belajar bahwa tidak baik untuk membantah apa yang diperintahkan oleh orang tua dan guru. Sudah sepatutnya Ani bersyukur bahwa melalui hal ini ia diingatkan untuk tidak melakukan hal-hal yang salah yang malah membawa kerugian. Sebaliknya, ia dapat mengubah sikap malasnya menjadi sikap rajin. Jadi, walaupun kita melakukan kesalahan atau kelalaian, hal itu dapat diubah oleh Tuhan menjadi suatu pembelajaran berharga untuk kita dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Tuhan memberikan manusia kemampuan untuk berpikir dan belajar dari kesalahan sehingga tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama.

Dengan bersyukur, kita diminta untuk menyikapi hidup ini dengan sukacita, bukan dengan duka dan paksa. Allah menginginkan kita memiliki sikap optimis dalam menjalani hidup yang dikaruniakan-Nya. Allah membiarkan kita menjalani suka duka, pahit manis karena Allah membentuk kita untuk menjadi pribadi yang tangguh, bukan anak yang cengeng, yang mudah menyerah bila menghadapi kesulitan sekecil apa pun.

Kita juga bersyukur untuk misi Allah bagi umat manusia, termasuk kita, di dunia ini. Pengalaman yang kaya, yang menghasilkan kesan yang beraneka ragam ternyata membuat kita lebih menghargai hidup yang dikaruniakan-Nya. Hidup tidaklah membosankan, karena ada hal-hal baru yang membuat kita senantiasa mengagumi betapa Allah bekerja dalam segala hal untuk membawa kebaikan bagi umat yang dikasihi-Nya. Manusia dengan segala keterbatasannya, hanya mampu berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Namun, Allah tidaklah berpikiran sempit seperti itu. Ketika Allah berbuat kebaikan, Ia berpikir untuk semua yang ada di dunia ini, bukan hanya mereka yang berada di Israel, bukan hanya orang Yahudi, tapi semua umat manusia. Luar biasa, bukan? Ketika Allah menurunkan hujan, hujan itu dialami oleh mereka yang menjadi anak-anak-Nya maupun mereka yang menolak kehadiran-Nya.