Keinginan Diri yang Membinasakan dan Memiliki Iman yang Benar

searchpengertian.com | selamat datang di situs searchpengertian. Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan renungan tentang Keinginan Diri yang Membinasakan dan Memiliki Iman yang Benar. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu Bapak, Ibu, dan Saudara dalam mencari referensi tentang Keinginan Diri yang Membinasakan dan Memiliki Iman yang Benar. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan iman percaya kita kepada Tuhan Yesus. Selamat beraktivitas Tuhan memberkati kita semua.

Keinginan Diri yang Membinasakan

Saat kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa, ular yang mencobai manusia dipandang sebagai yang paling bersalah, karena kelicikannya dalam memperdaya Adam dan Hawa. Padahal kejatuhan Adam dan Hawa sesungguhnya bukan semata-mata karena tipu daya ular, tetapi juga karena adanya dorongan keinginan diri dari manusia untuk menikmati buah yang dilarang oleh Allah tidak boleh dimakan.

Keinginan Diri yang Membinasakan dan Memiliki Iman yang Benar

Dorongan keinginan diri yang kuat dari manusialah yang kemudian membuat manusia bisa menyambut bujukan ular untuk menikmati apa yang telah dilarang oleh Allah. Jadi dalam hal ini, jika manusia tidak mengikuti keinginan diri sendiri dan memilih untuk menuruti perintah Allah, maka manusia tidak akan pernah jatuh ke dalam dosa.
Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
Jadi disini kita bisa memahami bahwa dosa itu terjadi karena adanya kerjasama antara manusia dengan iblis. Jika demikian, setelah kita ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus dengan darahnya yang mahal, darah yang tidak bercacat dan tidak bernoda, masih mau-kah kita melukai hati Allah dengan hidup terus menghambakan diri kepada dosa?.
Kita harus menyadari bahwa penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah dengan cuma-cuma, karena Allah tidak ingin melihat pada akhirnya kita harus binasa di kekekalan akibat dosa. Itulah kenapa firman Tuhan katakan; Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
Jadi dalam hal ini, sebagai orang percaya kita harus menyadari bahwa tujuan dari penebusan itu adalah, Allah mau supaya kita dikembalikan menjadi pribadi seperti rancangan Allah semula, yaitu menjadi manusia yang segambar dan serupa dengan Allah.
Segambar dan serupa dengan Allah artinya kita harus hidup dalam standar kesucian dan kekudusan Allah. Dalam hal ini hidup sama dengan gaya hidup Tuhan Yesus yang hidup hanya untuk melakukan kehendak Allah Bapa di surga dan tidak pernah melihat apa yang menjadi kepentingan dirinya, dan tidak pernah mau menuruti keinginan diri-Nya sendiri.
Hal inibisa kita lihat dengan jelas, bagaimana Tuhan Yesus mau hidup hanya menuruti kehendak Allah Bapa di surga. Saat Tuhan Yesus berdoa di taman Getsemani, sekalipun Tuhan Yesus tahu, jika melakukan kehendak Allah Bapa di surga, berarti Ia harus mengalami penderitaan yang luar biasa. Tetapi Ia memilih untuk taat melakukan kehendak Bapa-Nya yang di surga.
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”
Dari cara hidup Tuhan Yesus ini, kita bisa melihat bahwa, memilih untuk hidup hanya melakukan kehendak Allah Bapa di surga adalah pilihan terbaik untuk masa depan kehidupan kita di kekekalan, supaya kita tidak terbuang dari hadapan Allah ke dalam kebinasaan. Sekalipun pilihan untuk hidup melakukan kehendak Allah Bapa, harus membuat kita menanggalkan semua keinginan diri sendiri yang kita pandang itu menyenangkan.
Perlu di ingat, hasil kerjasama manusia dengan iblis, akibat dari menuruti keinginan diri sendiri maka buahnya adalah dosa. Dan dosa itu melahirkan maut, dan itulah yang akan membinasakan.
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
Akan sangat berbeda apabila kita memilih untuk kerjasama dengan Roh Kudus, yaitu terus memberi diri untuk hidup dalam pimpinan Roh, dan hidup dalam standar kesucian dan kekudusan Allah, hidup hanya untuk melakukan kehendak Allah Bapa di surga, maka buahnya adalah kita akan dikenal oleh Allah sebagai anak-anak-Nya.
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Dengan demikian, sekarang kita bisa mengerti bahwa menerima anugerah keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus tidak otomatis membuat kita bisa diterima di dalam Kerajaan Allah. Tetapi menerima anugerah keselamatan harus mengubah diri kita menjadi pribadi yang bertanggungjawab, untuk berjuang mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar.
Pada akhirnya, yang menjadi catatan penting bagi kita semua adalah, memberi diri bekerjasama dengan iblis hanya untuk memuaskan hasrat keinginan diri sendiri, akan membawa kita kepada kebinasaan. Tetapi memberi diri bekerjasama dengan Roh Kudus, hidup melakukan kehendak Allah Bapa, akan membawa kita kepada hidup dalam kemuliaan kekal bersama dengan Tuhan Yesus di surga. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin

Memiliki Iman yang Benar
Orang percaya seringkali dikatakan sebagai orang yang beriman. Pertanyaannya adalah, apakah sebagai orang percaya kita sudah memiliki iman yang benar?. Sebab iman bukan hanya sekedar pengaminan akali, dimana cukup kita mengaku dengan mulut bahwa kita percaya kepada Allah lalu diselamatkan.

Keinginan Diri yang Membinasakan dan Memiliki Iman yang Benar

Iman adalah, penurutan akan kehendak Allah. Itu artinya apa pun yang diperintahkan Allah, apapun yang dikehendaki oleh Allah, harus kita lakukan, sekali-pun perintah itu bertentangan dengan kehendak diri kita sendiri, atau bertentangan dengan pola hidup manusia pada umumnya yang ada di sekitar kita.
Kita seringkali mendengar khotbah atau orang lain berkata bahwa, kita harus beriman seperti Abraham beriman. Sebab Abraham juga dikatakan sebagai bapa orang beriman. Yang perlu diingat di sini adalah, iman Abraham adalah iman yang disertai tindakan. Saat Allah memanggil Abraham keluar meninggalkan Urkasdim menuju negeri yang akan di tunjukan oleh Allah kepadanya, Abraham melakukan perintah Allah.
Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
Jadi orang percaya juga harus memiliki iman yang demikian, yaitu iman yang disertai dengan tindakan atau perbuatan. Jadi kalau saat ini Allah memanggil kita menuju negeri yang dijanjikan oleh Allah, yaitu suatu negeri yang dibangun oleh Allah sendiri, kita harus membuktikan iman kita dengan perbuatan yaitu hidup melakukan semua kehendak Allah.
Panggilan untuk mewarisi negeri yang dijanjikan oleh Allah, harus membuat kita berani mengambil keputusan untuk meninggalkan segala sesuatu yang kita miliki saat ini, termasuk dunia dengan segala kesenangannya, sekali-pun itu menyenangkan bagi kita. Kita harus memilih untuk lebih menuruti kehendak Allah, bila kita ingin memiliki negeri yang dijanjikan Allah yaitu Kerajaan surga.
Bagaimana caranya supaya kita bisa melepaskan diri dari keterikatan dengan dunia ini?.
Kita harus memiliki sebuah kesadaran bahwa, apa pun yang kita miliki saat ini semuanya itu tidak bernilai kekal. Dan semua yang kita miliki saat ini sesungguhnya bukan milik kita sendiri, tetapi itu semua adalah milik Tuhan. Sebab saat kita berkata kita percaya Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka seluruh hidup kita menjadi milik Allah sepenuhnya.
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Kalau kita tahu dan kita mengerti sekarang bahwa apa pun yang kita miliki saat ini tidak bernilai kekal, tidak bisa kita bawa sampai berada dibalik kematian, mengapa kita harus mempertahankan segala sesuatu yang kita tahu itu adalah sia-sia.
Iman orang percaya yang benar bukan untuk memiliki dunia ini dan menikmati segala kesenangan dunia saat ini. Tetapi iman orang percaya yang benar adalah menanti-nantikan kota yang dibangun oleh Allah sendiri yaitu langit baru dan Bumi yang baru. Itulah Yerusalem baru yang harus kita rindukan melebihi apa pun dan siapa-pun.
Persoalannya adalah, selama ini kita sudah terlanjur menerima pengajaran yang salah, dimana kita diajar bahwa cukup percaya kepada Allah dengan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah juruselamat maka secara otomatis setelah kita mati akan masuk surga.
Kalau itu yang kita percayai selama ini, maka saya harus katakan dengan jujur bahwa saudara telah masuk dalam penyesatan yang luar biasa. Sebab percaya kepada Kristus, berarti kita harus hidup sama seperti Kristus telah hidup. Jika tidak hidup sama seperti Kristus telah hidup maka sesungguhnya kita belum percaya.
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.
Jadi jika kita berkata kita beriman seperti Abraham beriman, maka kita harus tunjukkan iman kita dengan perbuatan, bukan sekadar mengaku dengan mulut. Abraham menunjukan iman-nya kepada Allah dengan perbuatan. Artinya semua perintah Allah Abraham lakukan sesuai dengan kehendak Allah.
Saat ini telah terjadi penyesatan yang begitu luar biasa, karena pengajaran yang kita terima selama ini adalah cukup percaya saja maka kita akan selamat. Padahal percaya itu adalah penurutan akan kehendak Allah. Jadi kalau kita percaya tetapi tidak menuruti perintah Allah, maka itu bukan percaya.
Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
Jika demikian bagaimana mungkin kita bisa berkenan kepada Allah. Bagaimana mungkin kita bisa dibenarkan oleh Allah, jika kita tidak hidup menuruti akan perintah Allah.
Jadi iman kita akan menjadi iman yang mati, atau iman yang tidak dapat diperhitungkan sebagai kebenaran, kalau kita tidak mau meninggalkan dunia ini dengan segala kesenangannya dan hidup melakukan kehendak Allah.
Tidak hidup melakukan kehendak Allah adalah sama dengan orang yang tidak beriman. Dan itu artinya kita juga tidak mungkin diperkenankan untuk masuk dalam Kerajaan Allah. Tidak diperkenankan masuk ke dalam Kerajaan Allah artinya akan terbuang dari hadapan Allah ke dalam kegelapan abadi yang penuh dengan siksaan yang luar biasa dan tinggal dalam penderitaan dan kehinaan kekal.
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia
Orang yang beriman harus berani mengambil tindakan untuk memutuskan persahabatan dengan dunia ini. Sebab bersahabat dengan dunia berarti kita menjadikan diri kita sebagai musuh Allah.
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.
Jika demikian, masih maukah kita bersahabat dengan dunia ini, kalau sekarang kita tahu bahwa bersahabat dengan dunia berarti tidak diterima di Kerajaan Allah.
Kalau orang percaya tidak mau bertobat dengan sungguh-sungguh dan tetap tinggal di dalam iman yang palsu, artinya iman yang hanya percaya tanpa perbuatan namun tetap berharap akan masuk surga, maka saat ini sesungguhnya mereka sedang berjalan menuju kebinasaan kekal.
Diakhir renungan ini saya harus berkata dengan tegas bagi kita semua bahwa, hidup dalam penurutan akan kehendak Allah adalah harga mati yang harus kita bayar jika kita ingin diterima dalam Kerajaan Allah Bapa di surga. Amin.