Teks Drama Modern dan Tradisional | Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur-Unsur, dan Kaidah Kebahasaan

searchpengertian.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan tentang pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur, dan kaidah kebahasaan teks drama modern dan drama tradisional dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur, dan kaidah kebahasaan teks drama modern dan drama tradisional dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur, dan kaidah kebahasaan teks drama modern dan drama tradisional dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Teks Drama Modern dan Tradisional | Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur-Unsur, dan Kaidah Kebahasaan
www.searchpengertian.com

Pengertian Teks Drama

Drama adalah karya sastra dalam bentuk dialog yang dipertontonkan di atas pentas oleh tokoh-tokoh dengan watak masing-masing. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia. Dengan menyaksikan drama, penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan, cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukkan teater.

Ciri-Ciri Teks Drama

Secara umum, karakteristik atau ciri-ciri drama dapat dipaparkan sebagai sebagai berikut. Adapun ciri-ciri teks drama tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Seluruh cerita drama, berbentuk dialog
  2. Dialog dalam drama tidak menggunakan tanda petik
  3. Teks drama dilengkapi dengan sebuah petunjuk tertentu yang harus dilakukan para tokoh pemeran.

Kaidah Kebahasaan Teks Drama

Berikut ini adalah 4 (empat) kaidah kebahasaan yang terdapat dalam teks drama. Adapun kaidah kebahasaan teks drama tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bahasa yang dipakai pada dialog boleh tidak baku

Kata maupun kalimat pada dialog boleh tidak baku. Ini karena dialog tentu disesuaikan dengan kenyataan. Sebagai contoh, ada seorang tokoh dari Jawa. Ia sedang berbicara dengan istrinya di rumah yang tentu menggunakan bahasa Jawa. Walaupun begitu, perlu diperhatikan bahwa untuk yang bukan dialog, tetap harus menggunakan bahasa Indonesia baku.

2. Banyak menggunakan verba atau kata kerja di bagian petunjuk lakuan

1) Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau menunjukkan tindakan atau perbuatan.
Contoh: Satrio menerjang dengan berani 
2) Verba pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita atau sasaran tindakan atau hasil.
Contoh: Satrio diadang oleh sekelompok anak SMA.

3. Banyak menggunakan nomina atau kata benda

Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, semua benda, atau segala yang dibendakan. Kata benda dibagi menjadi dua jenis berdasarkan artinya, yaitu kata benda konkret (nyata) dan abstrak (tidak nyata). Contoh kata benda konkret adalah rumah, penghapus, kapur. Kata benda abstrak contohnya kemerdekaan, keyakinan, pikiran. Kata kerja yang dapat dibendakan menjadi dua berdasarkan bentuknya yaitu kata benda dasar dan kata benda turunan. Kata benda dasar belum mendapat imbuhan, sedangkan kata benda turunan sudah mendapat imbuhan. Contoh kata benda dasar adalah kapur, kota, dan hutan. Adapun contoh kata benda turunan adalah pengapuran, perkotaan, dan kehutanan.

4. Banyak menggunakan kata si dan sang

Untuk mendramatisasi suatu panggilan, kata si dan sang sangat berpengaruh. Sebagai contoh, kata harimau saja sangat berbeda kedengarannya dengan sang harimau.

Unsur-Unsur Teks Drama

Drama sebagai naskah karya sastra memiliki unsur-unsur yang mirip dengan prosa fiksi. Unsur-unsur yang membangun naskah drama meliputi tema (dasar cerita), plot (alur), penokohan dan perwatakan, amanat atau pesan pengarang, latar, dialog, dan gaya bahasa. Unsur-unsur itu merupakan jalinan sehingga sebuah naskah drama terbentuk.

a. Tema (dasar cerita)

Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita dalam drama. Tema yaitu inti cerita yang menjadi pusat pengisahan. Tema dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh antagonis dan protagonis dengan perwatakan yang berlawanan sehingga memungkinkan munculnya konflik diantara keduanya.

b. Plot (alur)

Plot atau kerangka cerita adalah jalinan cerita atau kerangka cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh atau lebih yang saling berlawanan. Alur merupakan urutan pengisahan.

c. Penokohan dan perwatakan

Penokohan atau perwatakan adalah tokoh-tokoh dan wataknya. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan merupakan susunan tokoh-tokoh yang berperan dalam drama. Tokoh-tokoh itu selanjutnya akan dijelaskan keadaan fisik dan psikisnya sehingga akan memiliki watak atau karakter yang berbeda-beda.

d. Amanat (pesan)

Amanat adalah peran moral dalam kisah. Sadar atau tidak sadar pengarang naskah drama pasti menyampaikan sebuah pesan tertentu dalam karyanya. Pesan itu dapat tersirat dan tersurat. Pembaca yang jeli akan mampu mencari pesan yang terkandung dalam naskah drama. Pesan dapat disampaikan melalui percakapan antartokoh atau perilaku setiap tokoh.

e. Latar (tempat, waktu, dan suasana)

Latar yaitu waktu, suasana, dan tempat berlangsungnya kisah atau merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita.

f. Dialog

Dialog yaitu ujaran dan lakuan yang diperankan tokoh. Dialog memiliki ciri, salah satunya yaitu memuat petunjuk lakuan, misalnya pemeran dapat saja menambah-nambahkan dialog sesuai dengan perkembangan cerita.

g. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan cara pengarang menyampaikan drama tersebut. Gaya bahasa misalnya menggunakan bahasa sehari-hari.