Kumpulan 27+ Contoh Teks Puisi Karya Chairil Anwar dan dkk | Bahasa Indonesia Kelas 8 (Revisi)

searchpengertian.com | Selamat datang di situs searchpengertian. Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan kumpulan 27 puisi karya Chairil Anwar dan kawan-kawan dalam pembelajaran teks puisi kelas 8 revisi. Sempga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari kumpulan 27 puisi karya Chairil Anwar dan kawan-kawan dalam pembelajaran teks puisi kelas 8 revisi. Dan harapannya, semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami kumpulan 27 puisi karya Chairil Anwar dan kawan-kawan dalam pembelajaran teks puisi kelas 8 revisi.

Kumpulan 27+ Contoh Teks Puisi Karya Chairil Anwar dan dkk | Bahasa Indonesia Kelas 8 (Revisi)
 www.searchpengertian.com

Berikut ini adalah beberapa contoh teks puisi karya Chairil Anwar dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Puisi-puisi ini  paling banyak digunakan dalam kegiatan lomba bulan bahasa yang selalu di peringati setiap tanggal 28 Oktober tiap tahunnya. Adapun beberapa contoh teks puisi tersebut adalah sebagai berikut.

Aku
Karya: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu 
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang 
dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Tak Sepadan
Karya: Chairil Anwar

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang kau mengembara serupa
Ahasveros
Dikutuk-sumpah Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak 'kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka

Senja di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar

Buat Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. 
Kapal perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya maut 
berpaut
Gerimis mempercepat kelam. 
 Ada  juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari 
berenang
Menemu bujuk pangkal akanan.
Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang
ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih
pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja"
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng 
sendiri.

Kawanku dan Aku
Karya: Chairil Anwar

Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat
Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti

Kepada Kawan
Karya: Chairil Anwar

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang 'tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang
dalam dada darah serta rasa, 
belum bertugas kecewa dan gentar 
belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam
membenam,
Layar merah berkibar hilang dalam 
kelam, 
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga 
mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas
kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu, laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau 
perbuat,
Hilang sonder 
kerabat, 
Tidak minta ampun atas segala
dosa, 
Tidak memberi pamit pada siapa
saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian 
madu!!!

Doa
Karya: Chairil Anwar

kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
caya-Mu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintu-Mu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Kepada Peminta-Minta
Karya: Chairil Anwar

Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku

Cerita Buat Dien Tamaela
Karya: Chairil Anwar

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu 
Cuma satu
Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut
Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan 
Datu dayung sampan
Beta Pattirajawane, menjaga hutan
pala
Beta api di pantai. Siapa mendekat 
Tiga kali menyebut beta punya nama
Dalam sunyi malam ganggang
menari
Menurut beta punya tifa, 
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.
Mari menari!
mari beria!mari berlupa!
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!
Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar
pulau ...
Beta Pattirajawane
yang dijaga datu-datu
Cuma satu

Sebuah Kamar
Karya: Chairil Anwar

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia .
Bulan yang menyinar ke dalam 
mau lebih banyak tahu.
"Sudah lima anak bernyawa di sini, 
Aku salah satu!"
Ibuku tertidur dalam serdadu, 
keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!
Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar
hitungan: Kamar begini
3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa!

Hampa
Karya: Chairil Anwar

Kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai di puncak. Sepi memangut, 
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti 
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencengkung punda
Sampai binasa segala. 
Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertepik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Prajurit Jaga Malam
Karya: Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa
nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang
tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang -
bintangnya
Kepastian ada di sisiku selama
menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani
hidup
Aku suka pada mereka yang masuk
menemu malam
Malam yang berwangi mimpi,
terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa
nasib waktu!

Yang Terampas dan Yang Putus
Karya: Chairil Anwar

Kelam dan angin lalu mempesiang
diriku
Menggigir juga ruang di mana dia
yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi
semati tugu
Di karet, di karet (daerahku y.a.d)
sampai juga deru dindin
Aku berbenah dalam kamar, dalam
diriku jika kau datang dan aku bisa
lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang
bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan
peristiwa berlalu beku

Rumahku
Karya: Chairil Anwar

Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala
nampak kulari dari gedong lebar
halaman
Aku tersesat tak dapat jalan kemah
kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke
mana Rumahku dari unggun-timbun
sajak
Di sini aku berbini dan
beranak rasanya lama lagi, tapi
datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu 

Persetujuan dengan Bung Karno
Karya: Chairil Anwar

Ayo! Bung Karno kasi tangan mari
kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan
bicaramu
Dipanggang di atas apimu, digarami
lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada
rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita
berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita
bertolak & berlabu

Sajak Putih
Karya: Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar
dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut
senda sepi menyanyi, malam dalam
mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak
membelah ....

Karawang-Bekasi
Karya: Chairil Anwar

Kami yang kini berbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak mendengar deru kami
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malan sepi
jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu 
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa kerja belum selesai, belum bisa
memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kamu cuma tulang-tulang berserakan 
tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskanlah jiwa kami
Menjaga bung Karno
Menjaga bung Hatta
Menjaga bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Kawang-Bekasi

Aku
Karya: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku 
Tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari hingga pedih dan perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Diponegoro
Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
sudah itu mati
Maju
bagimu negeri
Menyediakan api.
Punah di atas ditinda
Sungguh pun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
serang Terjang

Kita Berjuang
Karya: Usmar Ismail

Terbangun aku, terloncat duduk
Kulayangkan pandang jauh keliling
Kulihat harilah terang jernilah falak
Kuisap
Legalah dada
Kupijak tanah
Kudengar bisikan
Hatiku rawan
Kita berjuang!
Kita berjuang!
Sebagai dendang menyanyi kalbu
Bangkitlah hasrat damba dan larang
Ingin meda ridlah menyerbu
"Beserta saudara turut berjuang"

Derita Negeriku
Karya: IC- Surabaya

Suara hatiku membisikkan kata
Menyapa puing-puing berserakan
di negeri tercinta
Saudara-saudaraku yang menderita
Di tenda-tenda pengungsian
Banyak yang sakit dan meninggal
Diserang sakit dan kurang pangan
Karena kerusuhan tiada henti
Perang antara saudara sendiri
Ingin kuulurkan tangan
Membantu dengan tulus ikhlas

Teratai
Karya: Sanusi Pane

Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi laksmi mengenang
Biarpun ia diabagaikan orang 
Semoga kembang gemilang mulia
Teruslah oh teratai bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau pun turut menjaga zaman

Pahlawan Tak Dikenal
Karya: Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilaman ia datang
Kedua tangannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang tampak wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring 
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

Raden Ajeng Kartini
Karya: Sides Sudiyarto Ds

Bagai lilin menyala dalam gelap semesta
Kau terangi kaum wanita Indonesia
Hingga mampu meraba jalan masa depan
Melawan nasib yang tiada nyata arahnya
Bagai kunang-kunang berkelip dalam kelam
Kau sinari langit kelabu udara beku
Cahaya juangmu membimbing bangsa melangkah maju
Meski jauh jalan berliku penuh batu
Kartini yang agung
Penyuluh kemajuan pendorong kebangkitan
Kuntum bunga pujaan nusantara
Juangmu terpatri dalam sejarah bangsa

Nenek Pejuang
Karya: Sides Sudiyarto Ds

Seorang nenek miskin berjalan merangkak
Tertatih-tatih langkahnya jatuh bangun
Lalu kembali merangkak dengan pakaian bercabik-cabik
Menuju jalan raya yang sepi senyap
Di tangannya ada sebungkus nasi
Terbungkus dengan daun jati
Dengan secubit garam putih
Dan setangkai cabe merah di tepinya
Nenek yang tua itu kembali ke gubuknya
Ia beristirahat meredakan nafasnya
Kemudian terdengar letusan senjata
Sebutir peluru mencabut nyawa nenek tua itu
Ia mati sunyi
Ia mati dalam sepi
Untuk kemerdekaan negeri ini
Untuk kebebasan Republik ini

Selamat Jalan Pahlawan
Karya: Grace

Ku kirim doa
Untuk kusuma bangsa
Padamu putra-putri tercinta
Engkau berdaya upaya, berjuang
Menyelamatkan para penumpang
Bergelut dengan badai dan bara
Sampai pada akhirnya
Nyawamu kau korbankan
Keluarga kau tinggalkan 
Dengan penuh haru ku ucapkan 
Selamat jalan pahlawan
Semoga arwahmu
Diterima Tuhan, Amin

Hidup Adalah Perjuangan
Karya: Seysar Inggar Tofani

Pejuang sejati
Bukanlah orang yang berani mati
Melainkan orang yang berani 
Menghadapi tantangan hidup ini
Aku ini kecil dan lemah
Aku tak menyerah
Aku rajin ke sekolah
Aku belajar tak kenal lelah
Aku ingin berkualitas dan berdaya
Aku ingin bermanfaat dan berguna
Aku ingin hidupku penuh makna
Dan sesungguhnya,
Sebaik-baiknya manusia adalah
Yang bermanfaat dan berguna
Bagi sesamanya